Minggu, 02 November 2008

Taman Kota = Gelas Kristal Pajangan?

Oleh: Medha Baskara

Taman kota merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai macam aktivitas mulai rekreasi, olah raga maupun aktivitas yang bersifat pasif. Dengan semakin berkurangnya area lahan terbuka akibat beralih fungsi menjadi pemukiman maupun pemanfaatan lain di perkotaan menyebabkan kebutuhan akan ruang terbuka menjadi semakin tinggi. Perkembangan tersebut sungguh menjadikan taman kota sebagai bagian penting penduduk perkotaan, namun menjadi tidak bermanfaat saat penggunaan taman kota dibatasi.

Banyak peraturan yang dibuat oleh pemerintah kota selaku regulator yang terlalu protektif pada taman-taman kotanya seolah gelas kristal yang takut pecah. Bahkan di Kota Malang bila anda menginjak rumput taman kota semisal di alun-alun, anda harus siap-siap merogoh dompet anda sebesar Rp. 1.000.000,00 alias SATU JUTA RUPIAH. Tanda peringatan akan ketentuan ini tersebar di seluruh pelosok taman. Hal ini tidak saja terjadi di kota Malang saja, bahkan peringatan larangan menginjak rumput juga terjadi di beberapa kampus pendidikan tinggi terkenal. Membaca sambil tiduran diatas hamparan rumput, atau bahkan sambil piknik di taman-taman kota seperti di film-film Holywood terasa bagai mimpi. Berdasarkan hal tersebut, banyak pertanyaan muncul berkaitan komitmen penyelenggara ruang terbuka hijau baik pemerintah (red. Pemerintah Kota) maupun privat (red. Sekolah, Kampus dll) dalam menyediakan RTH sebagai ruang aktivitas bermain dan rekreasi penggunanya. Hal ini menjadi sebuah ironi masyarakat perkotaan disaat berkurangnya ruang bermain akibat perubahan fungsi harus di penjara lagi dengan banyak peraturan penggunaan taman kota.

Sebuah peraturan dibuat untuk ’mengatur’ aktivitas dan perilaku pengguna didalam taman-taman kota. Tidak dipungkiri, kesadaran masyarakat kita didalam merawat dan menjaga fasilitas publik termasuk tanaman dan bunga di taman-taman kota belum dikatakan baik, bahkan bentuk variasi vandalisme dilakukan oleh pengunjung taman kota. Tetapi muncul pertanyaan, dalam konteks kota-kota kita apakah dengan penerapan peraturan ketat seperti diatas, vandalisme tidak akan terjadi ?, seberapa efektif peraturan tersebut mengurangi tindakan vandalisme taman kota ? Apa tidak ada cara/teknik lain yang dapat mengakomodasi terjaganya kualitas taman kota tanpa mengurangi hak warga kota untuk menggunakannya ?

Taman-taman kota secara prinsip termasuk fasilitas umum yang dapat diakses oleh siapapun warga kota tanpa membayar uang sepeserpun. Oleh karena itu taman kota yang bagus adalah taman kota yang mampu mengakomodasi berbagai kegiatan (fungsí) pengguna serta dapat digunakan oleh siapa saja (berbagai kelompok umur, jenis kelamin, dan tingkat sosial) termasuk para penyandang cacat. Untuk bisa menjaga kualitas taman kota tidak saja dibutuhkan pemeliharaan taman yang baik, namun pendekatan harus juga dilakukan sejak perencanaan dan perancangan taman.

Dalam perencanaan dan perancangan taman kota, prinsip-prinsip fungsi publik harus diakomodasikan dalam desain. Agar tidak terjadi konflik dalam penggunaan taman diperlukan zonasi. Zonasi dalam bahasa ‘awam’ berarti menentukan suatu area tertentu pada taman yang diperuntukkan bagi kegiatan tertentu ataupun bagi kelompok pengunjung tertentu. Semakin intensif penggunaan suatu area oleh pengunjung maka semakin membutuhkan perhatian dalam hal pemeliharaan untuk menjaga kualitas taman. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan, semakin sedikit upaya pemeliharaan yang dilakukan.

Sebagai contoh:
Suatu hamparan rumput merupakan salah satu area di taman yang memungkinkan aktivitas pengunjung paling beragam, baik kegiatan aktif (seperti berlari, melompat, melakukan permainan dsb) maupun pasif (duduk, membaca, piknik dll). Intensitas penggunaan taman yang tinggi berakibat pada persoalan diantaranya terganggunya pertumbuhan rumput sehingga beberapa bagian rumput botak dan merusak estetika hamparan rumput secara keseluruhan.

Kebotakan hamparan rumput disebabkan berbagai persoalan diantaranya terjadinya pemadatan tanah, kurangnya capaian air irigasi masuk daerah perakaran, serta genetik kecepatan tumbuh jenis rumput. Akan tetapi dalam konteks persoalan diatas yang paling berpengaruh adalah pemadatan tanah. Sistem perakaran sangat dibutuhkan dan biasanya tidak dapat tumbuh baik di tanah padat. Cara pemelihara taman mengidentifikasi tanah padat diantaranya adalah:

  1. Genangan air pada permukaan tanah lama tidak meresap setelah hujan terjadi.
  2. Akar tanaman, khususnya pohon, dekat/terlihat di permukaan tanah.
  3. Tanaman yang baru ditanam seperti tanaman dua musiman dan herba susah tumbuh.
  4. Daun menguning, khususnya selama musim penghujan saat daun mulai tumbuh menjadi dewasa, beberapa mengurangi perkembangan daun selama musim tumbuh.
  5. Kehadiran beberapa rumput atau gulma yang subur pada tanah padat. Misalnya goosegrass dan rumput gajahan.
  6. Timbulnya beberapa hama dan penyakit pada tanaman baru yang ditimbulkan oleh drainase yang buruk dan kekurangan oksigen.
  7. Tahan dari pengolahan tanah dengan sekop, cangkul, tusukan dan pemeriksaan dengan pisau.
Upaya perbaikan hamparan diantaranya dengan melakukan beberapa kegiatan diantaranya coring (membuat lubang-lubang kecil dimana bagian tanah keras sebagian dibuang), spike (memecah agregat tanah padat dengan pisau), top dress (pemberian media tanam di permukaan pasir), pemupukan, pengapuran, irigasi yang cukup serta penanaman kembali jika diperlukan.

Hamparan rumput selalu “menggoda” setiap orang untuk melakukan aktivitas diatasnya, sehingga bila ada hamparan rumput tetapi pengunjung tak boleh boleh beraktivitas diatasnya meskipun hanya “menginjak”, maka perlu dipertanyakan komitmen penyelenggaraan taman tersebut. Mengkritisi hal ini kita boleh berpikir ada beberapa kemungkinan; pertama, terjadi kesalahan perencanaan-perancangan, perancang ingin ruang yang terbuka dan lega tapi tidak diperuntukkan aktivitas masyarakat, kalau begitu kenapa tidak ditanami ground cover berbunga saja??; kedua, perancang menginginkan ada aktivitas diatasnya tetapi pemelihara, tidak mau repot dengan konsekuensi pemeliharaan intensif, meski mempunyai kemampuan untuk melakukannya; ketiga, pengelola memang tidak mempunyai kapabilitas/kemampuan dalam merencanakan, menanam serta memelihara sesuai untuk menjaga kualitas taman yang baik dan bermanfaat bagi warga kota.

Menilik lembaga pengelolaan ruang terbuka hijau milik pemerintah kota dan area privat, kita mungkin bisa beranggapan dari ketiga kemungkinan diatas, bisa berasumsi pada kemungkinan ketiga, profesionalisme pengelolaan ruang terbuka hijau secara teknis dan manajerial belum mempunyai tingkatan yang sesuai. Kemampuan tim perencanaan dan desain, berapa orang yang berlatar belakang arsitektur lanskap??, untuk tim konstruksi dan pemeliharaan, berapa orang yang berlatar belakang agronomi, hortikultura maupun arsitektur lanskap??

Standar pengelolaan belum menjadi aturan baku sehingga untuk mempermudah operasional dibuat saja peraturan yang mempermudah pengelola secara sesaat. Yang penting disini adalah taman dan ruang hijau sudah “kelihatan” ada, dengan bunga dan tanaman hias lainnya…. Meski tidak bisa dinikmati sepenuhnya oleh pengunjung yang notabene warga kota. Upaya mengambil jalan yang paling aman dan nyaman sebagai pengelola dengan aturan yang tidak pandang bulu ini bila dibiarkan akan memenjarakan warga kota sendiri. “Boleh dilihat, asal jangan disentuh” bagai gelas kristal dalam pajangan, tak boleh dipakai minum meski kehausan…..dehidrasi …. dan akhirnya kita mati…. Mau??

Pengelolaan Kolam Air di Taman-Taman Kota

Oleh : Medha Baskara

Salah satu favorit desainer lanskap dalam merancang taman kota yaitu dengan menghadirkan elemen air pada rancangannya. Harapan perancang kolam ini akan mampu berfungsi sebagai
‘oase’ lingkungan perkotaan yang cenderung panas, massif dan kaku. Namun dewasa ini, elemen kolam banyak dihindari oleh pengelola ruang kota terutama kota-kota di Indonesia karena mahalnya biaya pemeliharaan kolam air ini. Tulisan ini mencoba untuk menelaah mengapa hal ini bisa terjadi dan akan menjadi pertimbangan terutama saat mendesain taman kota apakah perlu kolam air dihadirkan atau tidak.

Kolam dan danau di taman-taman kota merupakan elemen taman buatan manusia maupun alami yang tetap mempunyai siklus kehidupan. Barebo (1994) menyatakan bahwa pada awalnya kolam tersebut tampak seimbang, bersih, segar dan jernih dengan mekanisme pembersihan air yang alami. Selanjutnya pada tahap/usia pertengahan dimana terlihat peningkatan kandungan air diluar keseimbangan danau, peningkatan berlebih mekanisme pembersihan alami, menyebabkan pertumbuhan gulma dan alga. Pada akhirnya, memasuki "usia tua", kolam menjadi tanah rawa yang dangkal atau tanah berawa-rawa.

Banyak alasan yang menunjukkan fakta bahwa air merupakan salah satu sumberdaya alami yang sangat dibutuhkan namun juga sangat disepelekan dengan sedikit pengelolaan/ manajemen yang benar. Ketidaktahuan akan pengelolaan air telah menyebabkan banyak persoalan-persoalan penting terutama di perkotaan. Kurangnya pengetahuan tersebut menjadikan beberapa orang/individu sebagai seorang ahli. Pada saat kita tidak mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya kita dapat menggunakan opini/pendapat para ahli tersebut. Hanya agronomis yang merupakan ahli lapangan rumput, sedangkan "limnologis" merupakan ahli pengelolaan danau dan kolam. Anda tidak akan memanggil limnologis untuk menolong anda jika terdapat permasalahan jamur pada rumput anda. Yang paling tepat, limnologis merupakan pilihan/ sumber informasi terbaik saat memutuskan persoalan pengelolaan kolam dan danau.

Beberapa materi tulisan ini berasal dari penelitian yang dilakukan beberapa limnologis terkemuka di dunia, antara lain Dr Blackburn dan Dr Boyd dari Auburn University, yang sama hebatnya dengan Dr. Avault dari LSU. Empat puluh tahun pengalaman praktek pengelolaan danau oleh Otterbine juga merupakan sumber pengetahuan yang besar.

Pada bab ini akan didiskusikan tentang pengelolaan kolam taman kota dengan permasalahan umumnya yang dapat dihubungkan dengan kolam buatan, diantaranya; pertumbuhan alga dan gulma air yang berlebihan, bau busuk, matinya ikan-ikan, dan tumbuh kembangnya nyamuk dan serangga lain secara berlebihan. Kita akan membahas ekologi kolam, apa penyebab persoalan pengelolaan air, metode pengelolaan alternatif, aerasi, dengan keuntungan-keuntungannya.

Sebagai praktisi dan profesional lanskap, kita sadar akan tanggung jawab kita sebagai penjaga lingkungan. Taman kota dan bentukan lanskap lainnya telah terbukti mempunyai dampak yang positif pada lingkungan. Penelitian yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa sumber daya air sepatutnya juga di kelola di taman-taman kota dan tempat lainnya, sehingga air yang keluar dari taman kota kualitasnya akan lebih baik dibanding saat masuk. Kita akan menitik beratkan pada keseimbangan. Disaat kita membiarkan kolam keluar dari keseimbangan, kita akan mendapatkan masalah pengelolaannya. Untuk memperoleh banyak dari bahan materi ini, sangat penting untuk diingat yaitu issue keseimbangan kritis dan apa yang menyebabkannya.

Permasalahan Kolam

a. Pertumbuhan Alga dan Gulma Air
Menurut Blackburn dan Boyd dalam Barebo (1994) salah satu indikasi pertama miskinnya kualitas air, terutama tingginya tingkat kandungan fosfat adalah pertumbuhan alga dan gulma air secara hebat. Berkembang secara hebat alga microskopik dan filamentous yang tidak dapat dilihat dan dapat merusak semua ketenangan kolam dan danau. Alga planktonik adalah tanaman bersel satu dan banyak yang dapat ditemukan di dekat permukaan atau epilimnion. Mereka sering dijumpai berwarna hijau terang dan membuat danau seperti soup kacang berwarna hijau. Sebuah danau dengan alga plankton yang berlimpah berjalan dalam resiko yang disebabkan oleh habisnya oksigen atau keadaan bahaya stress. Sering selama hari berawan atau malam akhir, jenis alga ini menggunakan semua persediaan oksigen dan membuat terbunuhnya ikan-ikan yang ada.

Perkembangan alga planktonik yang berlebihan dapat digunakan sebagai filter sinar ultraviolet, sehingga dapat melindungi tanaman-tanaman penting yang berakar di dasar kolam atau alga filamentatous. Alga tersebut atau Benthic merupakan tipe alga yang sulit untuk di kontrol. Tanaman-tanaman ini tumbuh tumbuh di dasar kolam (zona benthic), jika putus mereka akan mengapung dipermukaan air, jenis alga ini juga sering disebut sebagai alga kapas. Kemungkinan tipe gulma yang paling sulit untuk dibasmi adalah tanaman-tanaman vaskular berakar dalam. Tanamna-tanaman ini sering mempunyai kantung udara kecil yang menyebabkan mereka dapat membantu gulma mengapung dan menjaga pada posisinya. Semua jenis gulma dan alga hanya mempunyai satu keuntungan yaitu mereka dapat mengurangi ketersediaan hara berlebih di dalam kolam.

Kualitas air yang jelek ditunjukkan oleh beberapa efek samping yang negatif, diantaranya :
· Pertumbuhan tanaman dan alga yang hebat,
· Tersumbatnya kepala sprinkler,
· Tersumbatnya aliran irigasi,
· Terbentuknya lumpur (pengurangan kapasitas menahan air),
· Bau yang tidak menyenangkan,
· Bentuk keindahan yang tidak menyenangkan.

Kejadian biasa tentang berkembangnya alga dan pertumbuhan hebat gulma mengindikasikan tingkat hara di dalam kolam terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya lumpur di dasar kolam, rendahnya tingkat kandungan oksigen, atau anak sungai memberikan tambahan endapan ke dalam kolam. Demikian juga dengan kondisi air yang menghangat yang disebabkan stratifikasi panas dan kehilangan kedalaman danau yang menimbulkan tanah berawa, dan selanjutnya dasar kolam meningkat terus persoalan-persoalan yang dialami.

b. Bau
Persoalan bau di kolam secara umum disebabkan oleh empat penyebab, antara lain ; rendahnya tingkat kandungan oksigen menyebabkan kondisi anaerob, beberapa tipe alga, polusi kimia, dan kondisi geologi. Dengan peningkatan tingkat kandungan oksigen dan berputarnya air kaya oksigen di dalam kolam, kondisi anaerob dapat diminimalkan dan gas bau dapat dihilangkan dari air. Persoalan bau yang disebabkan polusi kimia dapat diselesaikan dengan cara pencarian lokasi sumber bau dan menghentikan masuknya zat kimia tersebut kedalam kolam. Disamping itu terkadang zat dasar geologi tanah area kolam seperti kandungan sulfur (belerang) dan besi yang sangat tinggi dapat pula menyebabkan bau kurang sedap. Kondisi-kondisi tersebut secara umum tidak dapat diatasi dengan aplikasi filter (saringan).

c. Perkembangbiakan Serangga
Beberapa type serangga, khususnya nyamuk, dapat bertelur hanya di air yang diam. Populasi nyamuk yang tidak dikehendaki dapat dikurangi dengan perputaran konstan dari permukaan air danau atau kolam serta dengan mengurangi kemungkinan penempatan telur serangga tersebut. Tanaman alga yang mengapung dipermukaan kolam atau gulma air dapat juga digunakan sebagai tempat bertelur beberapa serangga yang kemungkinan sebagai penyebar penyakit bagi manusia.

Pemecahan Masalah

a. Kontrol Mekanik
Barebo (1994) menyatakan bahwa beberapa metode dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang meliputi semua aspek kolam dan danau. Mari kita melihat beberapa metode umum dalam pengelolaan kolam. Kontrol mekanik merupakan metode tertua pengelolaan alga dan gulma air. Mesin penggali lumpur, menuai gulma, penggaruk, pembatas benthic, dan cara mekanikal lainnya yang digunakan untuk menghilang-kan/ memindahkan keluar alga dan tanaman air beserta sistem perakarannya. Metode-metode tersebut dapat efektif dalam beberapa cara. Dengan memindahkan materi tanaman dari air atau menutupinya dalam kasus pembatas benthic sehingga penampilan kolam dapat diperbaiki.

Penuai merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk mengambil gulma yang mengapung, alga dan puing-puing sisa dari kolam dengan mengambilnya dari permukaan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah dan efektif menghilangkan gulma dan kumpulan akibat hara lainnya dari kolam secara permanen. Bagaimanapun juga proses/cara ini membutuhkan biaya yang mahal dan mempunyai efek jangka pendek.

Ketika kolam menjadi eutropic dan lumpur terbentuk di dasar kolam, kemungkinan tidak ada alternatif lain tetapi mesin penggaruk/penggali lumpur dapat dilakukan. Dengan menghilangkan material tanaman, sumber hara potensial juga hilang dari kolam. Bagaimanapun juga, kontrol mekanik terbilang mahal, kerja buruh yang intensif dan diulangi jika tanaman tumbuh kembali. Metode ini dilakukan jika mulai tampak gejala rendahnya kualitas air dan pengelolaan kolam yang minim daripada mencari penyebabnya. Pembuangan materi tanaman air dan materi penggarukkan kembali dengan cepat akan menjadi biasa dan mahal.

b. Kontrol Kimia
Kontrol kimia kemungkinan merupakan metode paling populer dalam mengontrol tanaman air. Herbisida dapat diaplikasikan dalam kolam atau danau untuk membunuh alga dan gulma. Keuntungan metode kontrol kimia ini diantaranya cepat, dapat juga mengontrol masalah yang sulit sekali serta dapat digunakan untuk mengeliminasi tipe tertentu tanaman yang tidak diinginkan.

Bagaimanapun juga, sejak herbisida dapat membunuh gulma kemudian tenggelam ke dasar kolam lalu mulai terjadi dekomposisi akibatnya terjadi kekurangan oksigen, ikan mati dan bau air terproduksi. Sebagai tambahan, herbisida juga dapat membunuh bakteri yang menguntungkan yang dapat menolong menghancurkan hara. Saat herbisida dimasukan dalam air, mereka mendorong pemakaian oksigen sehingga terjadi kekurangan oksigen atau situasi stress. Kontrol kimia tidak dapat membantu kualitas air, mereka hanya digunakan saat gejala menurunnya kualitas air, serta pertumbuhan hebat alga dan gulma air.

Bahan kimia yang digunakan kemungkinan diaplikasikan dengan tangan. Perhatian besar dan kehati-hatian harus digunakan untuk memastikan pemakaiannya sudah tepat. Beberapa negara bagian di Amerika mewajibkan orang yang mengaplikasi metode ini adalah orang yang telah mendapatkan lisensi. Sangat penting untuk mengetahui petunjuk pemakaian pada dos dan teknik aplikasi yang dibutuhkan. Pastikan untuk hanya menggunakan bahan kimia yang telah disetujui badan berwenang. Hal ini penting karena bahan kimia ini digunakan pada kolam yang bersifat statis (air diam). Banyak herbisida yang merupakan gabungan produk dengan tambahan metal berat pada tabel air. Jika dalam aplikasi menggunakan zat tersebut maka terbentuk tembaga yang bersifat racun dalam kolam.

Kepercayaan terhadap program kimia merupakan solusi parsial. Pendekatan kimia terlalu mahal, dan dibutuhkan ijin serta dilakukan pembatasan yang semakin ketat sepanjang waktu. Sejak produk herbisida digunakan, terdapat resiko bagi lapangan rumput dan lahan tanaman yang air kolam digunakan sebagai irigasi.

Produk kimia lain seperti "lake dyes" dapat efektif jika diaplikasikan dalam kolam dan danau anda. Zat "lake dye" merupakan penghalang proses fotosintesa. Salah satu produknya adalah dyeblue. Zat ini menutupi pemanasan sinar matahari ke dalam kolam dan pertumbuhan gulma air jadi lambat. Sehingga lake dyes dapat digunakan dalam membantu kolam dengan topeng atau menutupi persoalan. Zat tersebut dibuat dalam bentuk cair dan bubuk. Pilihan terhadap zat ini sangat cocok karena telah disetujui oleh EPA. Sekali lagi anda harus memastikan perhatian anda untuk menggunakan zat ini terutama pada kolam dan danau yang tidak mempunyai pintu keluar. Lake dye dapat menolong anda sebagai zat estetik tambahan karena setelah aplikasi air terlihat berwarna biru. Area air di kedalaman yang kotor dan tidak menarik dapat disamarkan dengan penggunaan zat ini.

c. Kontrol Biologi
Metode penting ketiga dalam pengelolaan kolam dan danau adalah kontrol biologi. Metode paling populer dan banyak digunakan yaitu dengan mengenalkan ikan pemakan gulma atau rumput air. Ikan-ikan ini dapat secara efektif dalam mengontrol pertumbuhan gulma air yang hebat. Teknik ini merupakan cara yang murah dengan jangka waktu yang lama dan akibatnya tidak dibutuhkan tenaga kerja untuk menghilangkan persoalan kolam.

Ikan-ikan ini termasuk pemakan yang tidak pilih-pilih, tumbuh sampai seberat 20 kilogram. Bagaimanapun juga, mereka hanya memakan tanaman air yang ada serta memakan alga jika tanaman air tidak ditemukan. Penggunaan jenis yang tidak merupakan spesies asli berakibat penghancuran ikan spesies asli serta merusak rantai makanan yang telah ada. Dengan hilangnya semua pertumbuhan tanaman air dalam kolam mengakibatkan sumber oksigen hilang dan akhirnya menghasilkan bau serta beberapa masalah kualitas air terbentuk.

Metode kontrol biologi kedua adalah mengenalkan lahan basah/area berair (wetland) di area dimana air dan aliran permukaan (run-off) menuju kedalam kolam. Area lahan basah ini dapat membantu dengan dua fungsi. Pertama, untuk memperlambat pergerakan air ke dalam kolam, mengurangi erosi dan masalah aliran air. Kedua, pertumbuhan tanaman intensif di area lahan basah digunakan sebagai pengendap hara bagi air kaya hara yang mengalir menuju kolam. Tanaman-tanaman pada lahan basah secara nyata menyerap hara sebelum mereka masuk ke dalam kolam. Hal ini akan menyebabkan kualitas air sangat tinggi dan tingkat hara organik yang rendah.

Metode ketiga dalam kontrol biologi ini adalah penggunaan vaskular, akar tanaman sebagai penghalang. Teknik ini diawali sekitar lima tahun yang lalu oleh Dr. Blackburn, dimana orang menyebutnya "aquascaping". Dr Blackburn menyebut teknik ini sebagai "lini pertama pertahanan". Dengan penanaman beberapa tanaman pada zona littoral, mereka akan menyerap hara sebelum masuk ke dalam kolam. Hal ini akan menolong merendahkan kandungan hara, pertumbuhan gulma air, serta bakteri negatif.

Benthic mat merupakan gulma sederhana atau lembaran polyethylene yang dapat dipasang sebagai pembatas di dasar kolam. Bahan-bahan ini secara nyata telah efektif menghentikan tumbuhnya akar tanaman di dalam zona benthic atau dasar kolam.

Bentuk yang sangat efektif yaitu dengan pembatasan masuknya hara kedalam kolam dengan cara membuat pembatas atau aplikasi zona bebas pemupukan di sekeliling kolam. Pembatas ini merupakan bentukan topologikal sederhana dimana menghalangi terjadinya aliran permukaan dari sekeliling kolam yang mengalir langsung ke dalam air. Perangkap hara di area tanah digunakan sebagai pencuci air ke dalam kolam. Dan masalah sederhana untuk membuat zona di sekeliling kolam anda dimana pemupukan minimalis digunakan.

Bentuk akhir dari kontrol biologi adalah mengenalkan cara penambahan bakteri tambahan ke dalam kolam. Beberapa perusahaan swasta telah memproduksi bakteri. Mereka diaplikasikan dengan bentuk cair maupun bubuk. Bakteri aerob mengkonsumsi oksigen dan membantu mempercepat penghancuran hara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan aerasi dan bakteri secara bersama-sama, 2 sampai 6 inch pengendapan dasar kolam dapat dikurangi per tahunnya.

Hal ini merupakan catatan menarik terhadap semua metode diatas yang dapat mengatasi semua permasalahan. Keputusan terhadap gejala telah berlawanan dengann penyebab sebenarnya dari rendahnya kualitas air. Semakin awal kita dapat mengidentifikasi tiga faktor rendahnya kualitas air yaitu suhu, hara dan oksigen, semakin cepat menemukan akar permasalahan pengelolaan kolam dan danau. Tidak ada metode yang paling tepat untuk mengatasi secara total ketiga faktor tersebut (Blackburn dalam Barebo, 1994).

d. Aerasi Sebagai Solusi
Definisi aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air. Bagian penting kedua tentang aerasi yang berhubungan dengan industri kita adalah aerasi merupakan sirkulasi dan penghancuran stratifikasi panas air dalam kolam. Aerasi dalam disiplin ilmu yang ditemukan di Inggris selama revolusi industri. Mahabesar Archimedes mengemukakan bentuk air kedalam udara, dengan kata lain menangkap oksigen atmosfer dan memindahkannya kedalam kolom air.

Aerasi masih digunakan sampai hari ini sebagai bagian penting pendekatan dalam menangani sampah industri maupun rumah tangga. Secara nyata, aerasi merupakan perlakuan penting terhadap air sehingga dapat digunakan sebagai irigasi rumput. Sebagai awal, anda coba dalam percobaan mini terhadap tanaman di lapangan golf.

Bagaimana cara aerator dapat meningkatkan kualitas air dan mengontrol pertumbuhan gulma?, dihubungkan dengan pengaruh tiga faktor utama kolam yaitu oksigen, hara dan suhu. Dengan meletakkan oksigen kedalam air, aerator mendorong koloni yang kuat terhadap bakteri aerob yang mana dapat turun ke dasar kolam sehingga dapat membersihkan hara organik dan sampah yang terbentuk. Tingkat oksigen yang tinggi menghalangi pencernaan oleh bakteri anaerob, yang dapat mengakibatkan siklus hara dan bau busuk. Terjadinya proses penghancuran oksigen di dasar kolam dapat mengakibatkan terhalangnya keluarnya phosfor (P) dari endapan, sehingga membatasi sumber penyediaan hara.

Tingkat pemompaan dan tingkat sirkulasi yang tinggi suatu aerator dapat mematahkan stratifikasi panas, mencampur air dingin di dasar kolam dengan air hangat di permukaan air, dapat menyebarkan oksigen ke semua bagian kolam. Dengan mendorong air dingin di dasar ke atas bagian kolam maka lapisan air di permukaan menjadi dingin sehingga pertumbuhan alga lambat. Alga bersel satu tercampur di dasar kolam dimana meningkatkan waktu pertumbuhan di area gelap dapat mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya.

Berdasarkan hal diatas anda dapat melihat, aerasi efektif berpengaruh terhadap tiga faktor utama; suhu, hara dan oksigen. Sebagai tambahan, ketiga faktor itu membantu reaksi kimia yang menguntungkan akibat aerasi dalam air. Aerasi menambah oksigen ke dalam air yang membantu proses oksidasi. Oksidasi dapat membantu air melepaskan diri dari pengaruh kandungan besi (Fe) dan melarutkan phosfor (P). Persoalan yang timbul yang berhubungan dengan pertumbuhan rumput adalah kondisi besi yang tinggi, besi dalam air irigasi dapat menyebabkan noda di jalan dan gedung.

Federasi pengontrol polusi air memberitahukan kepada kita bahwa kandungan besi yang dapat menyebabkan noda sekitar berjumlah 0.3 ppm atau mg/l. Pada sistem aerasi, konsentrasi dapat diturunkan sampai konsentrasinya pada 0.1 ppm atau mg/l. Bukti ilmiah menunjukkan aerasi dapat menolong memperlunak atau merendahkan pH air yang tinggi. Bagian ini yang menyebabkan bercampurnya karbondioksida yang banyak di dasar kolam dibanding dikeseluruhan kolom air.

Pada akhirnya penelitian yang menunjukkan phosfor sebagai unsur terbesar penyumbang hebatnya pertumbuhan tanaman air. Dengan aerasi air, kita dapat mengoksidasi phosfor. Ini merupakan reaksi kimia yang menyebabkan sedikitnya partikel phosfor pada padatan (koagulat) dan saat mereka menjadi terlarut air maka tidak dapat di cerna oleh tanaman air.

Keuntungan Aerasi
Aerasi dapat menolong mempertahankan tiga faktor ekologi kolam yaitu suhu, hara dan oksigen dalam keseimbangan. Dengan meningkatnya kualitas air maka menjadi kecil pertumbuhan gulma air dan ledakan alga, sedikit terbentuk lumpur di dasar kolam, bau hilang dan perkembangan serangga terhambat. Hal ini merupakan dampak positif dari efisiensi sistem irigasi dan pemompaan, lingkungan dan estetika. Aerasi dapat secara langsung menyerang akar permasalahan yaitu rendahnya kualitas air. Hal ini merupakan metode pengelolaan kolam paling ekonomis dan menjanjikan. Tidak terdapat efek samping dan dapat membantu ekosistem alami. Dengan mencatat setiap penyebab miskinnya kualitas air maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan proaktif di alam. Tindakan pencegahan merupakan pengelolaan kolam yang paling baik. Tidak ada tindakan yang selalu benar di lapangan dalam pengelolaan kualitas air.

(dikutip dari berbagai sumber)

Stress Pada Rumput Golf

Oleh : Budi Tjahjono

Stres ternyata tidak hanya dialami oleh para eksekutif yang sibuk di kota-kota besar, para wartawan yang menghadapi batas waktu penerbitan, namun juga dialami oleh RUMPUT di padang golf. Dalam setahun rumput padang golf mengalami berbagai stres lingkungan. Hal ini wajar karena RUMPUT berasosiasi sangat erat dengan lingkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh yang tidak sesuai dengan daya adaptasi dan pertumbuhan RUMPUT dan mengakibatkan stres pada RUMPUT.

Nutrisi Untuk Rumput Padang Golf

Oleh : Budi Tjahjono


Sebagaimana Manusia, rumput di padang golf adalah mahluk hidup yang dapat tumbuh dan berkembang biak. Oleh karena itu rumput juga memerlukan makanan (nutrisi) dalam kehidupannya. Dalam ilmu Tanaman, sering digunakan istilah unsur hara untuk zat-zat makanan yang diperlukan oleh tanaman. Dalam tulisan ini kedua istilah diatas dapat saling dipertukarkan.
Dulu, pengelola rumput yang banyak bergantung pada alam dan pengalaman praktis dapat berhasil sepanjang kondisi lingkungan menguntungkan. Namun kini dengan tuntutan yang tinggi terhadap kualitas rumput penanaman dibawah kondisi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan rumput, dan adanya stress yang berat oleh lalulintas pemain dan alat-alat, maka diperlukan keahlian budidaya yang lebih tinggi, termasuk pengetahuan yang luas mengenai nutrisi tanaman dan pemupukan.

Penyakit Rumput Padang Golf

Oleh Budi Tjahjono

Cendawan penyebab penyakit pada rumput adalah tumbuhan yang tidak mempunyai butir hijau daun (klorofil) sehingga tidak mampu memanfaatkan energi cahaya untuk membuat karbohidrat dari karbondioksida dan air. Rumput padang golf, sebagaimana makhluk hidup lainnya, tidak lepas dari ancaman penyakit yang dapat mematikan atau setidak-tidaknya menurunkan kualitasnya. Ada dua kelompok penyakit yang dapat timbul pada rumput padang golf: yaitu penyakit-penyakit yang infeksius, disebabkan oleh virus, bakteri, cendawan, dan nematoda dan penyakit-penyakit non infeksius, disebabkan antara lain kekurangan nutrisi (unsur hara), kondisi lingkungan yang buruk, luka mekanik, dan kelainan genetik. Artikel kali ini membahas secara umum permasalahan penyakil, rumput padang golf sebagai pengantar pembahasan yang lebih spesifik dan rinci untuk tiap jenis penyakit.

Sebagian besar penyakit infeksius, yang menular dari rumput sakit ke rumput sehat, disebabkan oleh cendawan atau jamur. Tidak kurang dari 40 jenis penyakit oleh cendawan telah diidentifikasi para peneliti di luar negeri. Di Indonesia, penulis dan beberapa mahasiswa IPB dalam beberapa tahun terakhir ini telah melakukan penelitian terhadap beberapa penyakit yang mulai merugikan di wilayah Jabotabek. Identifikasi yang tepat terhadap penyebab penyakit merupakan langkah awal yang menentukan efektivitas pengendaliannya.

Cendawan penyebab penyakit pada rumput adalah tumbuhan yang tidak mempunyai butir hijau daun (klorofil) sehingga tidak mampu memanfaatkan energi cahaya untuk membuat karbohidrat dari karbondioksida dan air. Mereka tergantung pada karbohidrat yang telah dibuat oleh rumput. Bila kondisi lingkungan menguntungkan, cendawan yang bersifat parasit akan menyerang rumput dan menyebabkan terjadinya penyakit .

Sebagian besar cendawan mempunyai struktur seperti benang-benang yang bercabang. Seringkali ada suatu sel khusus atau spora dibentuk pada ujung benang-benang atau miselium ini yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan ataupun sebagai struktur yang tahan terhadap kondisi lingkungan yang buruk. Tiap tipe spora dan struktur badan buah adalah khas untuk setiap spesies cendawan, dan ini penting untuk identifikasi cendawan.

Spora kebanyakan cendawan mudah lepas dari tangkainya akibat percikan air hujan atau air irigasi,angin, mesin pemangkas, dll. Spora-spora ini kernudian disebarkan oleh air, angin atau alatalat pemeliharaan ke bagian rumput yang masih sehat Jika kondisi menguntungkan dan rumput dalam keadaan lemah maka spora ini akan berkecambah dan menginfeksi rumput sehingga timbul gejala penyakit. Hal ini besar peluangnya untuk terjadi pada waktu rumput yang masih basah dipangkas.

Pengaruh Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan penyakit rumput dapat dikelornpokkan menjadi dua, yaitu faktor iklim dan faktor budidaya atau cara pemeliharaan rumput padang golf. Faktor iklim yang penting kaitannya dengan penyakit rumput adalah temperatur, kelembaban atau air, dan intensitas cahaya. Sedangkan faktor budidaya yang penting meliputi pemangkasan, pemupukan dan penyiraman atau irigasi.

Temperatur mempengaruhi pertumbuhan cendawan. Temperatur yang optimum untuk pertumbuhan cendawan sangat bervariasi tergantung jenis cendawannya. Namun di Indonesia umumnya adalah sekitar 25-32 C. Kelembaban dalam bentuk lapisan atau tetesan air pada permukaan rumput sangat diperlukan bagi perkembangan spora cendawan. Air juga berperan dalam penyebaran cendawan. Penyebaran penyakit oleh cendawan Pythium yang menyerupai suatu garis atau aliran menuju tempat yang lebih rendah pada permukaan putting green merupakan contohnya. Kelembaban udara yang tinggi terutama terjadi pada malam dan pagi hari jika hari mendung maka kelembaban yang tinggi ini dapat bertahan lama dan lebih memberi peluang bagi terjadinya penyakit.

Air yang terlalu banyak dalam tanah dalam waktu yang lama dapat merugikan perakaran . Rumput yang mengalami kondisi demikian tidak akan tahan terhadap serangan cendawan pada bagian daun atau tajuknya. Kekeringan dalam waktu yang panjang juga merugikan rumput. Rumput yang indah mengalami kematian bila dalam kondisi yang buruk ini juga terserang cendawan

Intensitas cahaya yang rendah, misal dibawah naungan, cenderung mendorong terjadinya penyakit-penyakit tertentu seperti penyakit embun tepung pada rumput. Angin sangat penting dalam penyebaran spora beberapa jenis cendawan penyebab penyakit. Angin juga berperan dalam proses terjadinya Penguapwi air dan pengereingan miselium cendawan pada permukaan daun rumput.

Kondisi tanah, terutama kemasaman juga berpengaruh terhadap perkembangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan yang menyerang perakaran. Kemasaman tanah ini secara tidak langsung juga berpengaruh melalui berbagai proses kimia dan biologi dalam tanah serta ketersediaan unsur hara. Sebagai contoh kekurangan unsur kalsium akan meningkatkan kerentanan rumput terhadap cendawan pythium.

Faktor Budidaya
Sebagian besar faktor budidaya secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan penyakit rumput melalui pengubahan lingkungan mikro yang kemudian mempengaruhi terjadinya penyakit. Faktor lainnya secara langsung dapat mempengaruhi berat ringannya penyakit. Hal ini dapat diterangkan melalui praktek pemangkasan.

Dalam batas tertentu, pemangkasan yang makin pendek merangsang pertumbuhan rumput kecil dalam jumlah yang lebih banyak dari suatu area. Rumput-rumput yang makin rapat menyebabkan permukaan tanah lebih ternaungi dan pergerakan udara dalam daerah pertumbuhan rumput menjadi terbatas dibanding pada kondisi tanpa pemangkasan. Kondisi ini memungkinkan adanya kondisi lembab yang lebih panjang untuk awal suatu penyakit.

Rumput pada green yang sering dipangkas menjadi lebih kecil dan seluruh permukaannya segera terserang cendawan. Pada daun rumput yang tidak dipangkas, serangan cendawan ini mungkin hanya menimbulkan suatu bercak pada satu helai daun.

Luka akibat pemangkasan dapat menjadi jalan masuk bagi patogen (penyebab penyakit). Kerapatan daun pada green yang sering dipangkas memudahkan benang-benang cendawan menyebar dari daun yang sakit ke daun yang sehat disebelahnya. Spora cendawan juga dapat tersebar melalui mower (alat pemangkas) terutama jika pemangkasan dilakukan pada saat rumput dalam kondisi basah. Namun pemangkasan ini dapat pula menghilangkan gejala penyakit yang terdapat pada ujung-ujung daun.

Pemupukan yang dilakukan dengan dosis dan cara yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan yang diinginkan untuk penggunaan tertentu. Namun, bila dosisnya berlebihan, terutarna unsur nitrogennya. maka penyakit-penyakit tertentu seperti yang disebabkan oleh cendawan Helminthosporium akan menjadi lebih berat. Penyembuhan dari kerusakan penyakit tergantung pada pertumbuhan kembali untuk menggantikan jaringan-jaringan yang rusak. Pemupukan pada saat perkembangan penyakit lambat dapat menghasilkan pertumbuhan yang mengatasi kerusakan akibat penyakit.

Cara budidaya pemeliharaan rumput padang golf yang mencegah perkembangan lapisan thatch (lapisan antara hijau daun dan permukaan tanah) yang tebal umumnya dapat mencegah perkembangan penyakit. Pengurangan ini dapat memengurangi patogen-patogen seperti Rhizoctonia, Helminthosporium, dan fusarium
Syringing, yaitu penyiraman dengan sedikit air pada permukaan rumput jika dilakukan dengan tepat dapat mengurangi terjadinya penyakit pada putting green. Penyiraman ringan waktu pagi-pagi dapat mencuci tetesan air gutasi dan bahan organik pada ujung daun sehingga tidak dimanfaatkan oleh patogen. Penyemprotan ringan di tengah hari juga dapat menurunkan temperatur pada rumput. Namun penyiraman ringan di tengah hari ini perlu pertimbangan yang baik agar justru tidak meningkatkan kelembaban yang menguntungkan patogen.

Pengendalian Penyakit
Pengendalian penvakit harus didasarkan pada identifikasi yang tepat terhadap penyebabnya Pengenalan terhadap gejala penyakit dan tanda patogen ditambah pengetahuan terhadap waktu terjadinya penyakit kondisi lingkungan terutama iklim yang mendorong perkembangan penyakit sangat menguntungkan dalam usaha pengendalian penyakit

Banyak penyakit rumput endemik untuk suatu daerah tertentu dan terjadi setiap tahun bila kondisi lingkungan mendukung. Terjadinya penyakit yang demikian dapat diantisipasi dan beberapa di antaranya dapat dicegah dengan pernilihan jenis rumput yang tahan. Kerusakan akibat kebanyakan penyakit dapat diminimalkan dengan menerapkan cara-cara budidaya yang tepat dan penggunaan fungisida secara bijaksana.

Pemilihan jenis rumput yang tahan terhadap penyakit tertentu dan atau penanaman jenis rumput yang sesuai dengan daerah adaptasinya dapat mengurangi peluang terjadinya penyakit. Di antara praktisi dalam budidaya rumput yang tidak memahami karakteristik rumput tertentu dapat timbul kesalahan dalam pemilihan jenis rumput untuk ditanam di daerah tertentu., Sebagai contoh, bila bentgrass yang adaptif untuk daerah dingin diatanam di daerah panas. maka rumput akan mudah mengalami stress dan menjadi lebih mudah mati bila diserang cendawan patogen.

Sebagaimana dikemukakan di atas, cara budidaya seperti pemangkasan penyiraman dan pemupukan dapat mempengaruhi perkembangan penyakit. Pemahaman terhadap hal ini sangat penting dalam usaha pengendalian. Secara umum peluang terjadinya penyakit akan meningkat bila ketinggian pemangkasan dikurangi dan penggunaan air serta pupuk ditambah. Operasi budidaya atau pemelibaraan rumput padang golf ditentukan oleh fungsi atau penggunaan area tertentu, dan tingkat modifikasi untuk meminimkan penyakit adalah terbatas, namun penting.

Fungisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan patogen. Kebanyakan fungisida dibuat untuk mencegah cendawan menyerang tanaman inang. Hal ini dapat dicapai dengan cara (1) penghancuran spora atau miselia dalam tanah atau lapisan thatch, mengurangi awal suatu penyakit; (2) penyemprotan protektif yang mematikan patogen yang ada dipermukaan daun, dan melalui efek residual mencegah infeksi oleh patogen yang datang kemudian; (3) aplikasi fungisida sistemik untuk mencegah infeksi dan mernatikan patogen yang sudah ada dalam jaringan tanaman. Aplikasi fungisida harus mengikuti petunjuk padalabel, dilakukan dengan dosis, cara dan waktu serta pada tempat yang paling sesuai dengan jenis penyakit yang menjadi sasaran.

Sabtu, 01 November 2008

Rumput Bermuda yang Populer

Oleh Budi Tjahjono

Jika anda main di padang golf, terutama yang baru dibangun di Indonesia, maka hampir dapat dipastikan anda memanfaatkan jasa rumput bermuda. Rumput Bermuda memang sangat cocok dan populer digunakan di padang golf Indonesia maupun negara lain sekitar katulistiwa. Pasar benih rumput bermuda saat ini mengalami booming secara internasional khususnya di Asia Pasifik yang meraup untung, sebagaimana anda duga, adalah produsen benih rumput di Amerika. Hal ini tidak mengherankan, karena Amerika sangat maju dalam program pemuliaan dan produksi benih rumput unggulnya.

Banyak keunggulannya
Rumput bermuda yang tumbuh liar di Indonesia lebih dikenal dengan nama rumput grinting. Dalam dunia ilmu rumput ini dikenal dengan nama Cynodon L.C. Rich. Cynodon dactylon adalah spesies yang paling umum untuk turf, dan sering disebut sebagai "common bermuda". Sudah tentu, rumput bermuda yang ditanam bukanlah dari jenis yang liar, namun yang sudah diseleksi atau dimuliakan.

Rumput bermuda beradaptasi untuk daerah beriklim dan me­nyebar dengan stolon dan rhizome membentuk lempengan yang tahan tahunan. Tumbuh pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah liat sampai tanah pasir asalkan cukup subur. Cukup tahan terhadap kon­disi tanah yang masam maupun basa. Rumput ini kurang baik per­tumbuhannya pada tempat yang teduh dan pada tanah yang becek.

Rumput bermuda mempunyai laju pertumbuhan yang tercepat dibanding rumput lain yang beradaptasi di daerah tropis. Laju pemulihannya setelah mengalami kerusakan juga cepat. Rumput ini responsif terhadap pemupukan dan pengairan, sehingga untuk mendapatkan kualitas yang baik diperlukan intensitas budidaya yang tinggi. Toleransi terhadap pemangkasan yang sering dan pendek sangat baik karena pertumbuhannya yang menjalar. Bahkan varietas Tifgreen dan Tifdward tahan terhadap pemangkasan sampai setinggi 6 mm. Pangkasan yang terlalu tinggi akan menghasilkan pertumbuhan batang yang tegak sehingga dapat menimbulkan masalah thatching dan scalping. Selain dengan pengaturan tinggi dan frekuensi pemangkasan, masalah thatching dan scalping dapat diatasi dengan topdressing dan verticutting.

Banyak Varietasnya
Sebagaimana kita kenal ada berbagai varietas pada padi (Oryzasativa), pada rumput bermuda juga terdapat banyak varietas hasil seleksi dan yang telah dimuliakan. Kebanyakan varietas yang dimuliakan bersifat steril (tidak menghasilkan benih yang dapat tumbuh) dan learns diperbanyak secara vegetatif.

Para pemulia tanaman di Indonesia telah banvak melakukan seleksi dari persilangan berbagai jenis padi, namun karena rumput belum merupakan prioritas pemerintah maka usaha seleksinyapun belum ada. Entah kalau pihak swasta ada yang berminat memperhatikan pemuliaan rumput asli Indonesia sehingga bisa didapatkan jenis rumput unggul untuk green atau fairway padang golf, Beberapa contoh varietas rumput bermuda hasil seleksi dan pemuliaan yang dilakukan di Amerika adalah Everglades, Midway Pee Dee, Royal Cape, Texturf 10, Tifdwarf, Tiffine, Tiffgreen, Tiflawn, Tifway dan U‑3. Beberapa varietas ini, terutama Tifway. Tiffine, Tifgreen dan Tifdwarf yang dihasilkan oleh Balai Percobaan Pertanian Georgia di Tifton dari Divisi Penelitian Tanaman Departemen Pertanian Amerika, sangat populer di Indonesia. Keempat varietas ini merupakan hibrida turunan pertama (F1) antara C dactylon dengan C transvaalensis. Keempat varietas ini diperbanyak secara vegetatif dengan stolon, tidak bisa dengan benih.

Yang bisa diperbanvak dengan benih adalah varietas dari ‘common bermuda’ (C. Dactylon). Varietas yang benihnya tersedia secara komersial di pasaran internasional adalah Guymon, New Mex Sahara, Sonesta, Cheyene, Sundevil. dan Arizona Common. Menurut para peneliti, dalam waktu tak lama lagi akan dihasilkan varietas‑varietas baru yang dapat diperbanyak dengan benih. Keuntungan tersedianya benih adalah biaya yang lebih murah, praktis pengirimannya sampai jarak jauh, dan dapat disimpan lebih lama dibanding stolon atau lempengan rumput (bahan vegetatif).

Tifway, berdaun hijau tua dan kaku. Waktu masih dalarn petak percobaan, varietas ini diberi nomor Tifton 419. Tifway dinilai sama atau lebill dibanding Tiffine dan Tifgreen dalam sifat ketahanan terhadap penyakit, kerapatan, letahanan terhadap gulnia, produksi malai dan kecepatan menyebar. Paling cocok untuk fairway, tee dan halaman rumah.
Tiffine, yang di petak percobaan disebut Tifton 127, dibanding "common bermuda" daunnya lebih hijau muda, lebih tahan penyakit, dan jauh lebih halus teksturnya
Tifgreen, rnerupakan hibrida terbaik diantara beberapa turunan pertama C dactylon dengan C. transvaalensis DiLilj dengan kode Tifton 328, mempunyai ketahanan terhadap penyakit, berwarna hijau tua. Untuk green, Tifgreen ini membentuk permukaan putting yang lebih baik dibanding Tiffine

Tifdwarf, dibuktikan merupakan mutan vegetatif yang terjadi dalam Tifgreen (Tifton 328) di Tifton sebelum stok penanaman pertama dikirim keluar untuk percobaan awal. Suatu tipe kerdil dengan daun, batang, buku dan malai yang kecil, pendek, tahan terhadap pemangkasan 6 mm, lebih bagus daripada Tifgreen. Dibanding Tifgreen, varietas mutan ini lebih hijau tua, memerlukan pupuk lebih sedikit untuk mendapatkan warna vang sama dan sebanding dalam ketahanannya terhadap penyakit

Untuk membedakan antar varietas ini memang memerlukan pengetahuan dan ketelitian khusus memang beberapa varie­tas ini dapat dibedakan dari sifat vegetatifnya , yang tampak dengan mata biasa, namun seiring hal ini bisa berubah penampilannya dipe­ngaruhi oleh antara lain kondisi tumbuh (suhu kesuburan, cahaya dan lain‑lain) dan cara pemeliharaan (tinggi dan frekuensi pemangkasan pemupukan dan lain­-lain) kini dengan teknis yang canggih berdasarkan biologi mole­kuler, masing‑masing varietas dapat diketahui "sidik jari" DNA­-nya, sehingga secara laboratoris dapat dibedakan dengan jelas. Dengan teknik ini dapat ditentukan pula apakah suatu varietas masih murni atau telah berubah sifat, karena mengalami mutasi genetik.

Hama dan penyakit
Beberapa penyakit yang se­ring terdapat pada rumput ber­muda antara lain bercak daun oleh jamur‑jamur Curvularia Sp., Helminthosporium sp., dan Bipo­laris sp., "brown patch" (Rhizoctonia sp.), busuk Pythium, dan "dollar spot". Sedangkan hama utamanya , adalah ulat grayak dan anjing tanah (orong‑orong). Selain yang utama itu, tentu banyak peng­ganggu lainnya vang relatif kurang penting seperti belalang, wereng daun, beberapa jenis kumbang kecil, nematoda dan lain‑lain.

Banyak hal lain tentang rumput bermuda yang‑ secara teknis dapat dibahas panjang lebar, namun bukan maksud sayauntuk menyajikannya secara lebih detail. Namun ingin penulis sampaikan bahwa ternyata rumputpun dapat merupakan komoditas inter­nasional yang bernilai tinggi, yang tidak hanya menarik bagi para pengusaha, namun juga para pene­liti untuk mempelajari dan mengembangkannya bagi kepenting­an manusia umumnva, dan bagi anda para landscaper khususnya

Jenis-Jenis Rumput dan Kriteria Pemilihannya

Oleh Budi Tjahjono

Dalam perjalanan menuju lapangan golf, anda mungkin telah melihat keragaman jenis rumput, mulai dari rumput halaman rumah, rumput tepian tol Jagorawi, sampai rumput di fairway dan green. Keragaman ini mungkin pula telah anda saksikan dalam kunjungan anda ke berbagai lapangan golf di beberapa Negara. Lalu timbul pertanyaan: jenis rumput apa yang anda lihat itu? Mengapa rumput lapangan golf di Indonesia beda dengan yang ada di Jepang atau Kanada? Apa dasarnya atau kriterianya mereka memilih rumput tertentu untuk lokasi tertentu?
Baiklah untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini saya uraikan secara ringkas tentang jenis-jenis rumput dan beberapa criteria untuk memilihnya. Tentunya kedalaman dan luasnya uraian saya kali ini sebatas ruangan yang tersedia untuk rubrik GREEN kita ini.

Jenis Jenis Rumput
Semua jenis rumput termasuk dalam famili tumbuhan yang disebut GRAMINAE. Dalam famili ini terdapat 600 genus yang terdiri dari ± 7500 spesies atau jenis. Kalau kita mencoba mengingat-ingat jenis rumput apa saja yang pernah kita kenal/lihat barangkali dapat dipastikan bahwa pengetahuan kita tentang rumput ini masih sangat terbatas. Apalagi tiap jenis /spesies ternyata mempunyai varietas-varietas yang cukup beragam.

Secara umum berdasarkan daerah sebaran dan daya adaptasinya terhadap suhu lingkungan, ada dua kelompok besar yaitu rumput daerah panas, dan rumput daerah dingin. Rumput daerah panas tumbuh paling baik di daerah yang suhunya antara 27° sampai 35° C, sedangkan rumput daerah dingin lebih baik pertumbuhannya pada suhu antara 15° C sampai 24° C.
Rumput daerah panas yang popular antara lain bermuda grass (Cynodon L.C. Rich), Zoysiagrass (Zoysia Willd) dan carpetgrass (Axonopus Beauv).

Bermuda grass meliputi 10 spesies, ada yang biasa (Cynodon dactylon), ada pula yang hibrida (Cynodon magennisii). Varietasnya sangat banyak dan beragam. misalnya varietas Tifgreen dan Tifdwarf sangat bagus untuk green, sedangkan Tifway cocok untuk fairway. Ketiga contoh varietas tersebut adalah hasil perkawinan antara C. dactylon dan C. Transvaalensis.
Zoysia grass memiliki lima spesies, tiga diantaranya banyak digunakan untuk lansekap, termasuk lapangan golf. Yang terkenal adalah rumput jepang (Zoysia japonica) dan rumput manila (Zoysia matrella).

Spesies-spesies zoysia dibedakan terutama berdasarkan kecepatan pertumbuhan, tekstur dan toleransinya terhadap suhu rendah. Rumput jepang bertekstur sedang, tumbuh lambat, dan toleran terhadap suhu rendah. Varietasnya yang paling banyak ditanam adalah Meyer. Varietas Emerald yang merupakan hasil perkawinan antara Z japonica dengan Z. Tenuifolia sangat rapat, berwarna hijau tua dan membentuk hamparan yang indah.
Carpetgrass meliputi sekitar 70 spesies, namun hanya dua yang banyak digunakan yaitu Axonopus compressus dan Axonopus affinis. Rumput ini bertekstur kasar, tumbuh rendah, berwarna hijau muda, dan beradaptasi dengan iklim tropis.

Rumput daerah dingin yang populer diantaranya adalah Fescue (Festuca L), bluegrass (Poa L.) dan Bentgrass (Agrotis L). dari sekitar 100 spesies dalam genus Festuca ada enam spesies yang digunakan untuk lapangan golf di Negara-negara beriklim dingin.
Bluegrass yang nama ilmiahnya Poa meliputi lebih dari 200 spesies. Yang paling banyak ditanam adalah Kentucky bluegrass (Poa pratensis) dan Canada Bluegrass (Poa compressus).

Ciri utama bluegrass ini adalah ujung daunnya yang berbentuk seperti perahu dan adanya garis terang yang sejajar pada kedua sisi pembuluh pusat helai daun. Dalam spesies ini terdapat banyak varietas, misalnya Brunswick, A-34 dan Baron, yang berbeda warna, tekstur, kerapatan, toleransi terhadap pemangkasan pendek, ketahanan terhadap hama penyakit, dan parameter lainnya. Didaerah beriklim sedang/dingin atau di dataran tinggi tropis, rumput ini banyak ditanam untuk lapangan atletik, taman dan lapangan golf (kecuali green).
Bentgrass meliputi ± 125 spesies yang tersebar di Negara-negara beriklim sedang dan dataran tinggi Negara tropis. Yang paling banyak digunakan untuk lapangan golf adalah creeping bentgrass (Agrostis palustris, A. stolonifera). Spesies ini bertekstur halus. Varietas yang popular di AS adalah Washington (C-50), Toronto (C-15) dan Seaside. Varietas yang diperbanyak secara vegetatif cenderung lebih seragam penampilannya.

Kriteria Pemilihan
Setelah membaca uraian singkat dan beberapa contoh jenis rumput yang populer, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita memilih rumput yang terbaik atau cocok dengan lokasi dan keperluan kita?

Pemilihan rumput untuk lansekap termasuk untuk lapangan golf, didasarkan pada berbagai pertimbangan. Ketahanan dan kualitas hamparan yang diinginkan dan kecepatan pertumbuhan/penutupan tanah merupakan kriteria utama. Pertumbuhan dan penutupan yang cepat diinginkan untuk stabilisasi tanah, mengurangi perawatan sesudah tanam dan penggunaan tapak secara keseluruhan

Tingkat kepentingan kriteria ditentukan juga oleh peruntukannya. Misalnya kriteria mana yang utama untuk green berbeda dengan yang untuk tee maupun fairway. Jenis rumput untuk green haruslah
a. Rendah, tumbuh menjalar, dan berdaun tegak.
b. Toleran terhadap pemangkasan pendek (sampai 0.5 cm),
c. Tajuknya sangat rapat
d. Daunnya bertekstur halus
e. Keseragaman tinggi
f. Bebas dari biji dan thatch yang berlebihan dan,
g. Mempunyai daya pemulihan yang cepat
Sifat-sifat lain yang juga diinginkan adalah ketahanan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap deraan lingkungan dan lalulintas. Warna hijau tua tidak mempengaruhi kualitas putting tetapi dapat meningkatkan nilai estetikanya.
Sifat penting yang harus diperhatikan untuk daerah tee antara lain

  • Cepat pulih
  • Adaptif untuk pemangkasan 0.8-2.0 cm
  • Rapat dan kuat, serta
  • Toleran terhadap pemadatan tanah.
Sifat yang diinginkan untuk daerah fairway tidak banyak beda dengan untuk green. Perbedaannya terutama dalam tingkat keseragaman, kehalusan dan ketegaran.
Dalam table berikut saya berikan beberapa contoh kriteria pemilihan rumput. Dalam table yang sama, pada kolom sebelah kanan terdapat susunan peringkat tiga contoh jenis rumput daerah panas yang popular, yaitu Bermuda grass (B), Carpetgrass (C), dan Zoysiagrass (Z).

Tabel Kriteria Pemilihan Rumput dan Peringkat Tiga Contoh rumput daerah panas (Bermudagrass, Carpetgrass dan Zoysiagrass)

NO KriteriaPeringkat Jenis Rumput 1 2 3
1 Kecepatan Pertumbuhan B C Z
2 Kehalusan tekstur daun B Z C
3 Kerapatan tajuk B Z C
4 Toleransi terhadap suhu rendah Z B C
5 Toleransi terhadap suhu tinggi Z B C
6 Toleransi terhadap kekeringan B Z C
7 Toleransi terhadap genangan B C Z
8 Toleransi terhadap naungan Z C B
9 Toleransi terhadap kemasaman tanah C B Z
10 Toleransi terhadap salinitas B Z C
11 Adaptasi terhadap pemangkasan C Z B
12 Kualitas Pemangkasan B C Z
13 Ketahanan pemakaian Z B C
14 Kapasitas pemulihan/ penyembuhan B C Z
15 Kebutuhan terhadap kesuburan tanah B Z C
16 Kecenderungan Thatching B Z C
17 Potensi penyakit B Z C

Dalam Tabel tersebut yang mendapat peringkat satu untuk criteria 1-14 bereti terbaik atau paling toleran sesuai dengan criteria yang bersangkutan. Namun untuk criteria 15-17 yang mendapat peringkat satu secara praktis lebih merepotkan kita. Misalnya yang berperingkat satu untuk potensi penyakit berarti rumput bersangkutan lebih rentan terhadap penyakit. Yang berperingkat satu untuk kebutuhan terhadap kesuburan tanah bisa berarti kita harus memberikan input pupuk yang lebih banyak pada tanah-tanah yang miskin hara.

Kerapatan tinggi yang dihasilkan oleh hibrida bermudagrass diperlukan untuk menciptakan kondisi yang optimum bagi permainan golf. Namun toleransinya yang rendah terhadap naungan perlu diperhatikan bagi tempat-tempat sekitar pohon dan bangunan dalam lapangan golf. Adanya naungan sering menjadi penyebab rendahnya kualitas rumput dibawahnya.
Toleransi terhadap kekeringan adalah criteria penting untuk penggunaan di daerah/lokasi yang pengairannya tidak dapat memenuhi kebutuhan rumput selama musim kemarau yang panjang.
Kemasaman tanah dapat diubah antara lain dengan penambahan kapur untuk menyediakan reaksi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan rumput. Namun kadang-kadang perlakuan semacam ini tidak cukup layak dilaksanakan, entah karena masalah ekonomi ataupun ketersediaan bahan. Oleh karena itu kemasaman tanah mungkin menjadi penentu penting dalam pemilihan rumput yang sesuai.

Lapangan yang intensif pemakaiannya seperti lapangan golf haruslah ditanami rumput yang toleran terhadap injakan dan beban peralatan pemeliharaan, serta cepat pulih dari kerusakan. Bermudagrass adalah jenis yang cukup tahan dipakai dan cepat pulih dari kerusakan. Sebaliknya,zoysiagrass sangat tahan dipakai, namun sangat lambat pulih dari kerusakan.
Peringkat jenis rumput dengan criteria tersebut dalam table mungkin saja berubah dengan adanya pengembangan varietas baru yang berbeda dari sifat umum spesies atau sejenisnya, khususnya dalam daya adaptasinya terhadap lingkungan. Kenyataan akhir-akhir ini memang menunjukan bahwa usaha-usaha penelitian, khususnya pemuliaan, telah berhasil mengubah batas-batas adaptasi spesies-spesies rumput yang utama.

Sesudah penyusunan peringkat antar spesies atau jenis, kita bisa membuat peringkat dari varietas-varietas yang ada dalam suatu jenis tertentu. Misalnya antara varietas-varietas Pee dee, Tifdwarf dan tifgreen yang ketiganya adalah bermudagrass yang banyak ditanam di green lapangan golf daerah panas. Ketiga varietas ini berbeda antara lain dalam kecepatan pertumbuhan, tekstur, potensi penyakit, toleransi terhadap pemangkasan pendek dan intensitas budidaya yang diperlukan.

Demikian uraian saya menjawab pertanyaan sebagian pengunjung Golfing 92. mudah-mudahan uraian ini cukup memuaskan juga sebagian besar pembaca golfer. Harapan saya, anda dapat lebih apresiatif terhadap rumput yang menjadi bagian penting dari permainan anda yang ekslusif -- golf.

Kualitas Rumput Padang Golf

Oleh : Budi Tjahjono

Dalam suatu pertemuan ada teman saya yang bertanya tentang rumput bagaimana sih yang bagus. Wah jawabannya bisa macam-macam dan tidak sependek pertanyaannya, karena ada beberapa criteria untuk menilai kualitas rumput sesuai dengan penggunaan dan tempatnya. Sebagai contoh, rumput yang cukup bagus untuk penutup tanah di kiri kanan jalan tol belum tentu cukup bagus untuk lapangan golf, apalagi padang golf. Bahkan dalam satu padang golf diperlukan rumput-rumput dengan kriteria yang berbeda sesuai dengan peruntukannya, yang untuk green beda untuk fairway.

Kemudian penilaian ini bersifat agak subyektif. Misalnya penilaian oleh pemilik taman rumput lebih sederhana daripada penilaian oleh padang golf.
Namun demikian, untuk menjawab pertanyaan yang cukup pendek namun tidak cukup spesifik tersebut, berikut ini akan saya coba uraikan beberapa hal tentang kualitas rumput. Berhubung media yang anda baca ini bernama GOLFER, maka uraiannya lebih mengacu pada rumput padang golf. Secara garis besar kualitas rumput (hamparan rumput) dapat dibagi menurut kualitas VISUAL dan FUNGSIONAL.

KUALITAS VISUAL
Banyak faktor yag mempengaruhi kualitas rumput. Ada enam dasar komponen atau penentu kualitas yang paling mudah dilihat antara lain kerpatan, tekstur, keseragaman, warna, sifat pertumbuhan dan kehalusan.

Kerapatan dapat diukur dari jumlah daun atau tunas per satuan luas. Kerapatan ini dapat beragam sesuai dengan sifat rumputnya, faktor lingkungan dan cara budidayanya. Kerapatan tertinggi dapat diperoleh antara lain dari beberapa varietas rumput bermuda, terutama bila rumput ini dipangkas pendek, diberi pupuk dan air yang cukup banyak dan dilindungi terhadap serangan hama dan penyakit. Dalam satu spesies rumput bisa punya beberapa varietas yang berbeda kerapatannya. Kerapatan yang tinggi lebih diinginkan karena dapat lebih bersaing dengan rumput pengganggu (gulma).

Tekstur berkenaan dengan ukuran lebar helai daun. Rumput yang bertekstur daun halus , seperti bluegrass, mempunyai daun yang sempit. Sebaliknya rumput yang bertekstur kasar, seperti tumput gajah, mempunyai daun yang lebar. Tekstur mempengaruhi keserasian rumput-rumput dalam suatu campuran: rumput yang bertekstur kasar, dan halus biasanya tidak ditanam bersamaan karena hal ini akan menghasilkan hamparan rumput yang tidak seragam. Kerapatan dan tekstur sering merupakan sifat rumput yang berkaitan, yaitu semakin rapat daun maka teksturnya semakin halus.

Keseragaman adalah suatu perkiraan kerataan dan homogenitas penampilan hamparan rumput. Ada dua dimensi keseragaman :
1. komposisional, berkenaan dengan sekumpulan atau sejumlah besar tunas atau pucuk diatas permukaan tanah
2. berkenaan dengan kerataan permukaan hamparan.

Adanya gulma, daerah yang gundul, kerusakan oleh penyakit atau sifat pertumbuhan yang tidak teratur menurunkan kualitas rumput. Berbeda dengan tekstur dan kerapatan, keseragaman tidak dapat diukur secara tepat. Perbedaan dalam kerapatan , tekstur, komposisi spesies, warna, ketinggian pemangkasan, dan sifat-sifat lainnya menentukan keseragaman.

Warna berkaitan dengan gelombang cahaya yang dipantulkan oleh rumput. Spesies dan varietas yang berbeda beragam warnanya, mulai dari yang cerah sampai hijau tua. Warna merupakan indikator yang berguna tentang kondisi umum tanaman. Penampilan yang pucat atau kuning mungkin menunjukkan kekurangan pupuk, penyakit, atau beberapa factor lain yang mempengaruhi pertumbuhan. Kadang-kadang warna yang gelap mungkin menunjukkan kelebihan pupuk atau stadia awal suatu penyakit.

Kualitas pemangkasan juga dapat mempengaruhi warna hamparan rumput. Rumput yang kurang baik pemangkasannya sehingga ujung daunnya kasar mungkin menunjukkan warna kelabu sampai coklat pada permukaan. Penggunaan pemangkas yang tajam dan distel dengan baik dapat dengan mudah mengatasi masalah ini.
Sifat pertumbuhan antara lain berkenaan dengan tipe pertumbuhan tunas, daun dan pembentukan biji dalam suatu jenis rumput tertentu. Rumput yang membentuk daun dengan posisi keatas lebih disukai untuk green. Pembentukan biji pada rumput dapat mengganggu arah laju bola.
Kehalusan adalah sifat rumput yang mempengaruhi kualitas visual dan kualitas permainan, dan oleh karena itu penting untuk green. Dengan pemangkasan yang tidak baik, ujung daun mungkin nampak kasar dan berubah warna. Kualitas putting berkurang bila ujung daun kasar. Kecepatan bola berkurang bila permukaan rumput kasar dan tidak seragam.

Beberapa criteria penilaian diatas relative mudah dinilai. Sambil bermain anda dapat mencoba untuk lebih memperhatikannya. Jika ada kekurangan yang dapat mengganggu estetika lapangan maupun kualitas permainan anda, maka hal ini dapat anda sampaikan sebagai masukan atau saran kepada pengelola untuk perbaikan. Bagi anda sendiri pun bisa untuk memilih manasih padang golf yang bagus. Baiklah berikut ini saya teruskan uraian saya tentang kriteria lainnya.

KUALITAS FUNGSIONAL
Kualitas fungsional suatu rumput tidak hanya ditentukan oleh beberapa sifat visual seperti tersebut diatas, tetapi juga oleh sifat lain, misalnya ketegaran, kelenturan, kepegasan, hasil, kesegaran, perakaran, dan daya pemulihan.

Ketegaran adalah ketahanan daun rumput terhadap tekanan dan ini berkaitan dengan ketahanan pemakaian hamparan rumput. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi kimia jaringan tanaman, kandungan air, suhu, ukuran tanaman dan kerapatan. Rumput-rumput bermuda dan zoysia membentuk hamparan yang tegar dengan ketahanan pemakaian yang istimewa.

Kelenturan adalah kecenderungan daun rumput untuk kembali ke posisi semula setelah tekanan lewat. Ini adalah sifat yang penting dari setiap hamparan rumput karena lalulintas orang maupun alat pemangkas yang tak terelakkan.

Kepegasan adalah kemampuan rumput untuk menyerap kejutan atau tekanan, misalnya berupa jatuhnya bola, tanpa mengubah sifat permukaannya. Hal ini dipengaruhi oleh antara lain daun dan tunas lateral rumput, namun terutama oleh medium atau tempat tumbuh rumput. Green pada padang golf harus cukup pegas untuk menerima approach shot. Pada lapangan sepak bola, kepegasan penting untuk mengurangi potensi timbulnya luka pada pemain.
Hasil merupakan ukuran hasil pemankasan. Ini merupakan indikasi pertumbuhan rumput yang dipengaruhi oleh pemupukan, penyiraman dan faktor lingkungan alami. Hasil yang banyak sekali mungkin merupakan indikasi pemupukan yang berlebihan, terutama nitrogen.

Kesegaran berkenaan dengan jumlah tunas yang ada setelah pemangkasan. Dan ini berbanding lurus dengan kerapatan. Perakaran yang dalam umumnya lebih diinginkan dibandingkan yang dangkal, sebab rumput dapat lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Daya pemulihan adalah kemampuan rumput untuk pulih atau sembuh dari kerusakan akibat gangguan hama, penyakit, lalulintas pemain, atau peralatan dan sebagainya.


Faktor-faktor yang dapat mengurangi daya pemulihan diantaranya pemadatan tanah, kekurangan atau kelebihan air dan pupuk, suhu yang tidak menguntungkan , kurang cahaya, dan penyakit. Umumnya kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan rumput juga meningkatkan kemampuannya untuk pulih dari kerusakan.

Demikianlah jawaban yang mungkin juga kurang lengkap terhadap pertanyaan teman diatas. Sedikit pengetahuan tentang kualitas rumput ini saya harapkan dapat meningkatkan apresiasi para golfer dapat menilai lebih jeli dan memberikan umpan balik kepada pengelola padang golf untuk meningkatkan mutu rumputnya. Dan pada gilirannya nanti anda para golfer dapat lebih menikmati permainan yang memang sungguh mengasikkan ini.
Nah bila ada lapangan golf yang kualitas hamparan rumputnya jelek atau dibawah mutu standar, maka ini biasanya karena ada kesalahan manajemen dalam hal :
· pemilihan jenis rumput yang rendah daya adaptasinya
· pembangunan atau penanaman yang tidak tepat
· kesalahan awal dalam program budidaya (pemangkasan, pemupukan dan irigasi)
· kegagalan dalam menerapkan cara budidaya dan praktek lainnya yang terkait
· kesalahan dalam pemilihan pestisida dan cara aplikasi

Kita berharap dengan kemajuan industri golf dan dukungan berbagai pihak yang terkait termasuk para ilmuwan kualitas padang golf di Indonesia makin meningkat.

Penelitian Rumput Padang Golf

Oleh: Budi Tjahjono

Golf merupakan permainan unik yang memerlukan banyak keahlian. Barangkali tidak ada cabang olah raga selain golf yang memerlukan lapangan dengan perawatan yang sangat intensif. Para arsitek atau desainer mengeluarkan keahlian dan rasa seninya merancang 18 hole padang golf yang menawan dan menantang. Para pemain memusatkan daya konsentrasi, mengontrol emosi dan mengkoordinasikan ototnya untuk menghasilkan ayunan tongkat golf yang baik dan indah. Namun semua yang telah disediakan oleh Yang Maha Pencipta, dirancang oleh arsitek dan dilakukan oleh pemain, hanya sedikit berarti jika padang golfnya tidak dirawat dengan semestinya.

Salah satu misi rubrik GREEN ini adalah untuk meningkatkan apresiasi pemain dan pihak-pihak lain yang terkait dengan olah raga golf terhadap salah satu aspek golf yaitu pemeliharaan lapangan. Aspek pemeliharaan tidak terlepas dari usaha-usaha penelitian yang meliputi banyak segi, antara lain segi pemuliaan rumput yang sesuai, segi pemupukan yang tepat, pengelolaan hama penyakit dll. Tujuan usaha-usaha ini antara lain untuk meningkatkan mutu teknis dan estetika disamping menurunkan biaya produksi dan pemeliharaan rumput.


Era Pemeliharaan Padang Golf
Suatu titik awal sejarah pemeliharaan padang golf dimulai pada tahun 1754 ketika para pemain golf setuju membayar perawatan “The Old Course” di St Andrews (kini menjadi The Royal and Ancient Golf Club). Kemudian dikenal adanya greenkeeper. Pada mulanya istilah “green” merujuk pada keseluruhan padang golf, tidak hanya pada putting green sebagaimana pengertian sekarang. Para golf profesional jaman dahulu tidak jarang menjadi greenkeeper, misalnya Tom Morris, juara empat kali di British Open, menjadi greenkeeper di St Andrews selama hampir 40 tahun sejak 1865. Salah satu aturan dalam program pemeliharaan yang dibuatnya adalah “Nay Sunday Play, The golf course need a rest even if the golfers don’t”. Aturan ini banyak diikuti oleh para greenkeeper diseluruh dunia sampai saat ini.

Sebelum abad XX, “seni” budidaya rumput golf dikembangkan melalui usaha coba-coba. Pada mulanya digunakan pupuk yang tidak diproses, bubur bordo untuk pengendalian penyakit, larutan nikotin untuk membunuh hama, dan pisau untuk memberantas gulma. Ketinggian rumput dikendalikan dengan menggembalakan sapi, domba atau kelinci kemudian dengan sabit besar. Baru pada tahun 1830, Edwin Budding dari Inggris menciptakan mesin mekanis untuk memangkas.

Usaha Penelitian
Dengan semakin meningkatnya jumlah padang golf seiring dengan bertambahnya pemain dan tuntutan kualitas, maka usaha penelitian tehadap segala aspek yang terkait dengan pengelolaan rumput padang golf mulai dianggap penting. Suatu laporan pertama tentang penelitian pada rumput ditulis oleh seorang ahli botani Dr. B.J. Beal dari Balai Penelitian Pertanian Michigan. Dr Olcott sejak tahun 1836 telah mengkoleksi rumput-rumput dari berbagai penjuru dunia. Suatu saat koleksi rumput yang ditanamnya telah mencapai 500 jenis. Kemudian pada tahun 1904, Dr. F.W. Taylor seorang pegolf yang antusias membeli rumput yang terbaik dari koleksi Dr. Olcott, dan kemudian melakukan penelitian yang luas dengan benih, pemupukan dan drainase. Taylor memformulasikan rekomendasi pertama tentang konstruksi putting green dan mempublikasikan banyak artikel tentang budidaya rumput, termasuk identifikasi penyakit bercak coklat pada rumput dalam tahun 1914.

Salah satu masalah utama dalam tahun 1920-an di AS adalah meluasnya kerusakan rumput akibat penyakit. Dr. John Monteith, seorang ahli penyakit tanaman di Departemen Pertanian AS, diminta oleh Asosiasi Golf AS (USGA) untuk menangani masalah ini. Ia berhasil menciptakan fungisida pertama untuk padang golf. Kemudian ia juga mengarahkan penelitian dalam bidang pemupukan, jenis-jenis tanah, pengendalian gulma dan seleksi rumput.
Balai penelitian rumput yang pertama di dunia didirikan pada tahun 1929 di Yorkshire, Inggris. Di New Zealand dan Australia penelitian rumput mulai dilakukan pada tahun 1932.

Menyadari pentingnya hubungan antara kondisi lapangan permainan yang baik untuk mengembangkan ketrampilan dan kenikmatan bermain golf, USGA menunjang penerbitan buku yang berjudul Turf for Golf Courses. Buku yang dikarang oleh Dr. Piper dan Oakley (1917) ini membahas antara lain tentang masalah tanah, pupuk, adaptasi jenis rumput, budidaya, pengendalian organisme pengganggu dan peralatan mesin dalam pengelolaan rumput padang golf. Dengan adanya akumulasi pengetahuan baru dari hasil-hasil penelitian, USGA kemudian mempublikasikan karya Prof. B. Musse yang berjudul Turf Management pada tahun 1950. Kemudian terbit pula banyak buku text mengenai turfgrass, misalnya Turfgrass: Science And Culture (Beard, J.B. 1973) dan Turf Management for Golf Courses (Beard, J.B. 1983).


Green Section
Suatu badan penasehat masalah rumput untuk pertama kalinya dibentuk pada tahun 1920. Badan ini adalah Green Section yang berada dibawah Asosiasi Golf Amerika Serikat. Pembentukan green section ini dipacu oleh kurangnya publikasi tentang konsep dasar pemeliharaan padang golf. Informasi semacam ini sangat diperlukan oleh para green keeper untuk dijadikan pedoman dalam menyiapkan kondisi lapangan agar dapat mendukung penyelenggaraan turnamen akbar seperti US Open.

Green section melayani dunia golf melalui 3 jalan yaitu :

  • menerbitkan bulletin mengenai berbagai aspek pemeliharaan padang golf
  • biro jasa yang menyediakan informasi segala tentang pemeliharaan
  • seminar tahunan.
Dalam perjalanannya, green section ini memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan kondisi permainan golf. Disamping memberikan jasa konsultasi bagi semua club anggota, green section juga menyediakan dana bagi penelitian rumput di beberapa universitas negeri di AS. Kini lebih dari 15 universitas negeri yang menawarkan program Turfgrass Management. Selain beberapa universitas ada sekitar 25 balai penelitian pertanian yang mempunyai staf ahli peneliti dibidang rumput. Para peneliti ini bersama dengan peneliti dari seluruh dunia setiap empat tahun mengadakan International Turfgrass Research Conference.
Banyaknya pihak yang terlibat dalam penelitian rumput ini memang mencerminkan makin diperlukannya ilmu dan teknologi dalam mengatasi masalah dalam pengelolaan padang golf dan lingkungannya. Hal ini juga mencerminkan besarnya bisnis pemeliharaan padang golf yang di AS saja mencapai nilai lebih dari $400 juota per tahun.

Asosiasi Greenkeeper
Pada tahun 1926 di AS dibentuk suatu asosiasi nasional green keeper. Tujuannya adalah untuk meningkatkan profesionalisme anggotanya melalui pendidikan yang berkesinambungan. Organisasi yang berkembang pesat ini pada tahun 1951 berganti nama menjadi Golf Course Superintendent Association of America (GCSAA). Anggotanya kini telah mencapai lebih dari 10.000 orang. Mengamati perkembangan penelitian rumput dengan kelembagaannya di luar negeri, khususnya di AS, kita di Indonesia dapat belajar banyak. Namun harus disadari bahwa kondisi di Indonesia dengan di AS cukup banyak perbedaannya, baik dari segi iklim, keragaman hayati, lingkungan fisik maupun social dan ekonomi. Oleh karena itu kita harus cukup jeli untuk memilih informasi yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Sebagai contoh hama dan penyakit di Indonesia yang beriklim tropis banyak berbeda dengan yangada di AS yang beriklim beragam. Rumput yang diimpor dari negara-negara maju perlu diamati dengan teliti dan berkesinambungan untuk melihat adaptasinya terhadap faktor iklim, fisik dan hayati di tempat penanaman yang baru.

Contoh diatas mengindikasikan perlunya usaha-usaha penelitian tentang segala aspek pengelolaan rumput padang golf dan lingkungannya di Indonesia. Akhir-akhir ini kita menyaksikan pertumbuhan lapangan golf yang cukup pesat di Indonesia, namun nampaknya hal ini belum diimbangi dengan pertumbuhan sektor lain yang mendukung, khususnya penelitian dan pendidikan tentang manajemen rumput padang golf. Penelitian dan pendidikan di Indonesia ini penting untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan tenaga ahli yang mampu mengatasi problem yang mungkin timbul dalam pengelolaan rumput padang golf dan lingkungannya di masa yang akan datang.

Hal diatas tidak hanya merupakan tantangan bagi para peneliti dan lembaganya, namun juga bagi para pengusaha atau pengelola padang golf dan PGI. Kerjasama antara pihak-pihak terkait diharapkan dapat membuahkan ilmu dan teknologi yang lebih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kita di Indonesia. Semoga!.

Unsur-Unsur Penting untuk Tanaman

NITROGEN (N)
1. Diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-
2. Dalam tanaman N, -NH, atau NH2 (Protein), mempengaruhi :

  • Pertumbuhan Vegetatif
  • Warna
  • Panjang umur tanaman
  • Penggunaan Karbohidrat
3. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Nitrogen, maka
  • Pertumbuhan tertekan
  • Warna daun kuning

POSFOR (P)
1. Diserap tanaman dalam bentuk H2 PO4- , H PO42- , Pirofosfat, Metafosfat, dan Organik
2. Pemberian P yang cukup saat masih muda, penting untuk meletakkan primordia pada bagian-bagian reproduktif.
3. Posfor mempercepat masak buah pada tanaman serelia.
4. Berperan dalam proses transfer energi ATP ADP ( 800-1200 kal/ml)
5. Bersifat MOBIL
6. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Posfor, maka

  • Pertumbuhan tanaman lambat
  • Gejala susah dilihat

KALIUM (K)
1. Diserap tanaman dalam bentuk K+
2. Di tanah mudah hilang, mudah tercuci
3. Mobil, berfungsi sebagai Katalisator
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Kalium, maka

  • Pertumbuhan terganggu
  • Mengurangi RESISTENSI terhadap penyakit
  • Kualitas buah menurun
  • Menghambat sintesa protein, terjadi penumpukan N (Amida)


MAGNESIUM (Mg)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Mg2+
2. Dalam tanaman unsur Magnesium berperan sebagai :

  • Penyusun Klorofil
  • Berhubungan dengan metabolisme fosfat dalam aktivitas enzim
  • Meningkatkan kadar lemak bersama Sulfur.
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Magnesium, maka

  • Klorosis antara tulang daun (Nekrotik)

KALSIUM (Ca)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Ca2+
2. Dalam tanaman Kalsium berperan dalam :

  • Pembentukan Lamela tengah
  • Memperpanjang sel-sel tanaman
  • Pertahankan permeabilitas membran sel
  • Menetralkan Asam Organik
  • Membiakkan sel-sel meristem
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Kalsium, maka

  • Akar Rusak (tidak memanjang)
  • Pertumbuhan pucuk terhenti (kerdil)

SULFUR (S)
1. Diserap tanaman dalam bentuk SO42+ dan SO2 dari udara
2. Dalam tanaman unsur Sulfur berperan dalam :

  • Sintesa Asam Amino (metianin, sisterin, tianin, biotin)
  • Aktivator Enzim
  • Meningkatkan kadar lemak bersama Mg
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Sulfur, maka

  • Pertumbuhan tertekan (mirip N)
  • Warna daun kuning (mirip N)
  • Klorosis
  • Kerdil
5. Jika S Terlarut maka dapat menimbulkan keracunan pada tanaman

BORON (B)
1. Diserap tanaman dalam bentuk B4O72- , H2BO3- , HBO - dan BO33-
2. Dalam tanaman unsur Boron berperan sebagai :

  • Metabolisme Karbohidrat
  • Mempengaruhi perkembangan sel
  • Meningkatkan Transpirasi tanaman
  • Membantu pembentukan protein
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Boron, maka

  • Terhentinya pembelahan sel
  • Titik tumbuh tertekan
  • Kerontokan pada calon daun muda

BESI (Fe)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Fe3+, Fe2+ , serta FeSO4 dan K Helat yang dapat diserap lewat daun.
2. Dalam tanaman unsur Besi berperan sebagai :

  • Mengaktifkan berbagai sistem enzim, oksidase, cytochrom, fumaric, hidrogenase, catalase.
  • Mempunyai kemampuan mengaktifkan Mo sebagai covaktor logam
  • Motor dalam transfer e-
3. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Besi, maka
  • Pertumbuhan tanaman tertekan
  • Clorosis diantara tulang daun, berwarna putih
  • Melemahkan mekanisme sistem produksi clorophite
MANGAN (Mn)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Mn2+ , komplek organik (EDTA) melalui daun
2. Dalam tanaman unsur Magnesium berperan :

  • Mengaktifkan enzim-enzim yang berhubungan dengan metabolisme Karbohidrat, fosforilasi, siklus Asam Sitrat.
  • Aktivator khusus enzim Polidase dan Glutamil Transferase.
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Mangan, maka

  • Terjadi klorosis pada daun muda, diantara tulang daun.
  • Pada tanah masam (pH <)

TEMBAGA (Cu)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Cu2+ , komplek organik (EDTA) melalui daun
2. Dalam tanaman unsur Tembaga berperan sebagai :

  • Aktivator berbagai enzim, horosinase, oksidase, Asam Askorbat.
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Tembaga, maka

  • Sering ditemui di tanah-tanah organik.
  • Pertumbuhan tertekan, daun muda kering (jagung), ujung daun muda mati (padi), daun muda terdapat bercak keputihan (sayuran)

SENG (Zn)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Zn2+ , komplek organik (EDTA) melalui daun
2. Dalam tanaman unsur Seng berperan :

  • Aktivator enzim Enolase, Aldolase, Ragi, Dekarboksilase.
3. Bersifat IMOBIL
4. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Seng, maka

  • Terjadi TELOROSIS pada daun muda.
  • Pada tanah-tanah BERKAPUR atau dipupuk berat.
  • Titik tumbuh tidak berkembang.
  • Panjang ruas lebih pendek.
  • Daun menebal (ROSET)

MOLIODENUM (Mo)
1. Diserap tanaman dalam bentuk MoO42- , dalam jumlah sedikit.
2. Dalam tanaman unsur Moliodenum berperan :

  • Dibutuhkan oleh Rhizobium
  • Pada tanaman bukan polong dibutuhkan untuk reduksi Nitrat.
3. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Mo, maka
  • Pada Legum, terjadi defisiensi N.
  • Pada Non-Legum, daun mengeriting pada pinggiran arau bercak pd daun.


KHLOR (Cl)
1. Diserap tanaman dalam bentuk Cl -
2. Dalam tanaman unsur Moliodenum berperan menggantikan BORON
3. Jika dalam tanaman kekurangan unsur Cl kurang dikenal.

KOBALT (Co)
1. Sangat dibutuhkan ternak, berguna dalam pembentukan HEMOGLOBIN.
2. Kekurangan Co pada ternak dapat diatasi dengan pemupukan rumput dengan
Co

VANADIUM (V)
Terutama dibutuhkan oleh Ganggang, dapat menggantikan Mo

NATRIUM (Na)
1. Dapat menggantikan Kalium (K)
2. Mempengaruhi pengikatan air
3. Jika unsur Natrium kurang dalam tanaman maka :

  • Daun hijau tua tanaman cepat layu

SILSIUM (Si)
Pada tanaman padi mempengaruhi tinggi, jumlah batang dan bobot kering tanaman.

Masalah Kesuburan Tanah untuk Pertamanan

A. Kesuburan Tanah
1. Siklus unsur hara secara umum
2. Unsur yang dibutuhkan tanaman
3. Dasar-dasar hubungan tanah-tanaman
4. Interpretasi data tanah hasil analisa laboratorium

B. Pengelolaan Tanah untuk Lanskap
1. Pengolahan tanah
2. Pemupukan
3. Pengapuran
4. Pengolahan tanah organik

C. Dasar-dasar hubungan tanah dan tanaman
Fenomena yang mendasari hubungan Tanah dan Tanaman

  • Pertukaran ion di dalam tanah (Anion dan Kation)
  • Larutan tanah dan mekanisme pergerakan ion ke akar
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan unsur hara
  • Konsepsi mobilitas unsur hara
1. Hara dalam tanah berasal dari :
a) Pelapukan mineral Primer
b) Dekomposisi Bahan Organik
c) Atmosfer
d) Pupuk
e) Perembesan dari daerah lain

2. Ketersediaan Unsur hara bagi tanaman daipengaruhi oleh :
a) pH
b) Redok Potensial
c) Mineral Primer
d) Bahan Organik
e) Perembesan dari daerah lain
f) Suhu

3. Pergerakan ion ke akar
a) Intersepsi
b) Mass flow
c) Difusi

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan unsur hara
a) Konsentrasi O2 dalam tanah
b) Kelembaban tanah
c) Zat-zat toxic (racun)
d) Suhu
e) Antagonisme
f) Kesehatan Tanaman

5. Faktor yang menentukan mobilitas unsur hara :
a) Jerapan ion oleh komplek jerapan
b) Pengendapan ion

Mobilitas Relatif
NO3-, SO42- ---> Mobilitas Tinggi
Na+ > K+ > Mg2+ > Ca2+

Deret Lyotropi, mudah tidaknya ion dipertukarkan
Li > Na > K > NH4 > Ca > Mg > Sr > Ba > H

6. Unsur yang dibutuhkan tanaman
Unsur Makro : C, H, O, N, P, S --> Penyusun Protein + Protoplasma
Unsur Mikro : Ca, Mg, K, Fe, Mn, Mo, Cu, N, Zn, Cl, Na, Co, V, Si, Cn, H, O
-->Berasal dari CO2 + H2O