Minggu, 02 November 2008

Pengelolaan Kolam Air di Taman-Taman Kota

Oleh : Medha Baskara

Salah satu favorit desainer lanskap dalam merancang taman kota yaitu dengan menghadirkan elemen air pada rancangannya. Harapan perancang kolam ini akan mampu berfungsi sebagai
‘oase’ lingkungan perkotaan yang cenderung panas, massif dan kaku. Namun dewasa ini, elemen kolam banyak dihindari oleh pengelola ruang kota terutama kota-kota di Indonesia karena mahalnya biaya pemeliharaan kolam air ini. Tulisan ini mencoba untuk menelaah mengapa hal ini bisa terjadi dan akan menjadi pertimbangan terutama saat mendesain taman kota apakah perlu kolam air dihadirkan atau tidak.

Kolam dan danau di taman-taman kota merupakan elemen taman buatan manusia maupun alami yang tetap mempunyai siklus kehidupan. Barebo (1994) menyatakan bahwa pada awalnya kolam tersebut tampak seimbang, bersih, segar dan jernih dengan mekanisme pembersihan air yang alami. Selanjutnya pada tahap/usia pertengahan dimana terlihat peningkatan kandungan air diluar keseimbangan danau, peningkatan berlebih mekanisme pembersihan alami, menyebabkan pertumbuhan gulma dan alga. Pada akhirnya, memasuki "usia tua", kolam menjadi tanah rawa yang dangkal atau tanah berawa-rawa.

Banyak alasan yang menunjukkan fakta bahwa air merupakan salah satu sumberdaya alami yang sangat dibutuhkan namun juga sangat disepelekan dengan sedikit pengelolaan/ manajemen yang benar. Ketidaktahuan akan pengelolaan air telah menyebabkan banyak persoalan-persoalan penting terutama di perkotaan. Kurangnya pengetahuan tersebut menjadikan beberapa orang/individu sebagai seorang ahli. Pada saat kita tidak mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya kita dapat menggunakan opini/pendapat para ahli tersebut. Hanya agronomis yang merupakan ahli lapangan rumput, sedangkan "limnologis" merupakan ahli pengelolaan danau dan kolam. Anda tidak akan memanggil limnologis untuk menolong anda jika terdapat permasalahan jamur pada rumput anda. Yang paling tepat, limnologis merupakan pilihan/ sumber informasi terbaik saat memutuskan persoalan pengelolaan kolam dan danau.

Beberapa materi tulisan ini berasal dari penelitian yang dilakukan beberapa limnologis terkemuka di dunia, antara lain Dr Blackburn dan Dr Boyd dari Auburn University, yang sama hebatnya dengan Dr. Avault dari LSU. Empat puluh tahun pengalaman praktek pengelolaan danau oleh Otterbine juga merupakan sumber pengetahuan yang besar.

Pada bab ini akan didiskusikan tentang pengelolaan kolam taman kota dengan permasalahan umumnya yang dapat dihubungkan dengan kolam buatan, diantaranya; pertumbuhan alga dan gulma air yang berlebihan, bau busuk, matinya ikan-ikan, dan tumbuh kembangnya nyamuk dan serangga lain secara berlebihan. Kita akan membahas ekologi kolam, apa penyebab persoalan pengelolaan air, metode pengelolaan alternatif, aerasi, dengan keuntungan-keuntungannya.

Sebagai praktisi dan profesional lanskap, kita sadar akan tanggung jawab kita sebagai penjaga lingkungan. Taman kota dan bentukan lanskap lainnya telah terbukti mempunyai dampak yang positif pada lingkungan. Penelitian yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa sumber daya air sepatutnya juga di kelola di taman-taman kota dan tempat lainnya, sehingga air yang keluar dari taman kota kualitasnya akan lebih baik dibanding saat masuk. Kita akan menitik beratkan pada keseimbangan. Disaat kita membiarkan kolam keluar dari keseimbangan, kita akan mendapatkan masalah pengelolaannya. Untuk memperoleh banyak dari bahan materi ini, sangat penting untuk diingat yaitu issue keseimbangan kritis dan apa yang menyebabkannya.

Permasalahan Kolam

a. Pertumbuhan Alga dan Gulma Air
Menurut Blackburn dan Boyd dalam Barebo (1994) salah satu indikasi pertama miskinnya kualitas air, terutama tingginya tingkat kandungan fosfat adalah pertumbuhan alga dan gulma air secara hebat. Berkembang secara hebat alga microskopik dan filamentous yang tidak dapat dilihat dan dapat merusak semua ketenangan kolam dan danau. Alga planktonik adalah tanaman bersel satu dan banyak yang dapat ditemukan di dekat permukaan atau epilimnion. Mereka sering dijumpai berwarna hijau terang dan membuat danau seperti soup kacang berwarna hijau. Sebuah danau dengan alga plankton yang berlimpah berjalan dalam resiko yang disebabkan oleh habisnya oksigen atau keadaan bahaya stress. Sering selama hari berawan atau malam akhir, jenis alga ini menggunakan semua persediaan oksigen dan membuat terbunuhnya ikan-ikan yang ada.

Perkembangan alga planktonik yang berlebihan dapat digunakan sebagai filter sinar ultraviolet, sehingga dapat melindungi tanaman-tanaman penting yang berakar di dasar kolam atau alga filamentatous. Alga tersebut atau Benthic merupakan tipe alga yang sulit untuk di kontrol. Tanaman-tanaman ini tumbuh tumbuh di dasar kolam (zona benthic), jika putus mereka akan mengapung dipermukaan air, jenis alga ini juga sering disebut sebagai alga kapas. Kemungkinan tipe gulma yang paling sulit untuk dibasmi adalah tanaman-tanaman vaskular berakar dalam. Tanamna-tanaman ini sering mempunyai kantung udara kecil yang menyebabkan mereka dapat membantu gulma mengapung dan menjaga pada posisinya. Semua jenis gulma dan alga hanya mempunyai satu keuntungan yaitu mereka dapat mengurangi ketersediaan hara berlebih di dalam kolam.

Kualitas air yang jelek ditunjukkan oleh beberapa efek samping yang negatif, diantaranya :
· Pertumbuhan tanaman dan alga yang hebat,
· Tersumbatnya kepala sprinkler,
· Tersumbatnya aliran irigasi,
· Terbentuknya lumpur (pengurangan kapasitas menahan air),
· Bau yang tidak menyenangkan,
· Bentuk keindahan yang tidak menyenangkan.

Kejadian biasa tentang berkembangnya alga dan pertumbuhan hebat gulma mengindikasikan tingkat hara di dalam kolam terlalu tinggi. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya lumpur di dasar kolam, rendahnya tingkat kandungan oksigen, atau anak sungai memberikan tambahan endapan ke dalam kolam. Demikian juga dengan kondisi air yang menghangat yang disebabkan stratifikasi panas dan kehilangan kedalaman danau yang menimbulkan tanah berawa, dan selanjutnya dasar kolam meningkat terus persoalan-persoalan yang dialami.

b. Bau
Persoalan bau di kolam secara umum disebabkan oleh empat penyebab, antara lain ; rendahnya tingkat kandungan oksigen menyebabkan kondisi anaerob, beberapa tipe alga, polusi kimia, dan kondisi geologi. Dengan peningkatan tingkat kandungan oksigen dan berputarnya air kaya oksigen di dalam kolam, kondisi anaerob dapat diminimalkan dan gas bau dapat dihilangkan dari air. Persoalan bau yang disebabkan polusi kimia dapat diselesaikan dengan cara pencarian lokasi sumber bau dan menghentikan masuknya zat kimia tersebut kedalam kolam. Disamping itu terkadang zat dasar geologi tanah area kolam seperti kandungan sulfur (belerang) dan besi yang sangat tinggi dapat pula menyebabkan bau kurang sedap. Kondisi-kondisi tersebut secara umum tidak dapat diatasi dengan aplikasi filter (saringan).

c. Perkembangbiakan Serangga
Beberapa type serangga, khususnya nyamuk, dapat bertelur hanya di air yang diam. Populasi nyamuk yang tidak dikehendaki dapat dikurangi dengan perputaran konstan dari permukaan air danau atau kolam serta dengan mengurangi kemungkinan penempatan telur serangga tersebut. Tanaman alga yang mengapung dipermukaan kolam atau gulma air dapat juga digunakan sebagai tempat bertelur beberapa serangga yang kemungkinan sebagai penyebar penyakit bagi manusia.

Pemecahan Masalah

a. Kontrol Mekanik
Barebo (1994) menyatakan bahwa beberapa metode dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah yang meliputi semua aspek kolam dan danau. Mari kita melihat beberapa metode umum dalam pengelolaan kolam. Kontrol mekanik merupakan metode tertua pengelolaan alga dan gulma air. Mesin penggali lumpur, menuai gulma, penggaruk, pembatas benthic, dan cara mekanikal lainnya yang digunakan untuk menghilang-kan/ memindahkan keluar alga dan tanaman air beserta sistem perakarannya. Metode-metode tersebut dapat efektif dalam beberapa cara. Dengan memindahkan materi tanaman dari air atau menutupinya dalam kasus pembatas benthic sehingga penampilan kolam dapat diperbaiki.

Penuai merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk mengambil gulma yang mengapung, alga dan puing-puing sisa dari kolam dengan mengambilnya dari permukaan. Hal ini merupakan cara yang paling mudah dan efektif menghilangkan gulma dan kumpulan akibat hara lainnya dari kolam secara permanen. Bagaimanapun juga proses/cara ini membutuhkan biaya yang mahal dan mempunyai efek jangka pendek.

Ketika kolam menjadi eutropic dan lumpur terbentuk di dasar kolam, kemungkinan tidak ada alternatif lain tetapi mesin penggaruk/penggali lumpur dapat dilakukan. Dengan menghilangkan material tanaman, sumber hara potensial juga hilang dari kolam. Bagaimanapun juga, kontrol mekanik terbilang mahal, kerja buruh yang intensif dan diulangi jika tanaman tumbuh kembali. Metode ini dilakukan jika mulai tampak gejala rendahnya kualitas air dan pengelolaan kolam yang minim daripada mencari penyebabnya. Pembuangan materi tanaman air dan materi penggarukkan kembali dengan cepat akan menjadi biasa dan mahal.

b. Kontrol Kimia
Kontrol kimia kemungkinan merupakan metode paling populer dalam mengontrol tanaman air. Herbisida dapat diaplikasikan dalam kolam atau danau untuk membunuh alga dan gulma. Keuntungan metode kontrol kimia ini diantaranya cepat, dapat juga mengontrol masalah yang sulit sekali serta dapat digunakan untuk mengeliminasi tipe tertentu tanaman yang tidak diinginkan.

Bagaimanapun juga, sejak herbisida dapat membunuh gulma kemudian tenggelam ke dasar kolam lalu mulai terjadi dekomposisi akibatnya terjadi kekurangan oksigen, ikan mati dan bau air terproduksi. Sebagai tambahan, herbisida juga dapat membunuh bakteri yang menguntungkan yang dapat menolong menghancurkan hara. Saat herbisida dimasukan dalam air, mereka mendorong pemakaian oksigen sehingga terjadi kekurangan oksigen atau situasi stress. Kontrol kimia tidak dapat membantu kualitas air, mereka hanya digunakan saat gejala menurunnya kualitas air, serta pertumbuhan hebat alga dan gulma air.

Bahan kimia yang digunakan kemungkinan diaplikasikan dengan tangan. Perhatian besar dan kehati-hatian harus digunakan untuk memastikan pemakaiannya sudah tepat. Beberapa negara bagian di Amerika mewajibkan orang yang mengaplikasi metode ini adalah orang yang telah mendapatkan lisensi. Sangat penting untuk mengetahui petunjuk pemakaian pada dos dan teknik aplikasi yang dibutuhkan. Pastikan untuk hanya menggunakan bahan kimia yang telah disetujui badan berwenang. Hal ini penting karena bahan kimia ini digunakan pada kolam yang bersifat statis (air diam). Banyak herbisida yang merupakan gabungan produk dengan tambahan metal berat pada tabel air. Jika dalam aplikasi menggunakan zat tersebut maka terbentuk tembaga yang bersifat racun dalam kolam.

Kepercayaan terhadap program kimia merupakan solusi parsial. Pendekatan kimia terlalu mahal, dan dibutuhkan ijin serta dilakukan pembatasan yang semakin ketat sepanjang waktu. Sejak produk herbisida digunakan, terdapat resiko bagi lapangan rumput dan lahan tanaman yang air kolam digunakan sebagai irigasi.

Produk kimia lain seperti "lake dyes" dapat efektif jika diaplikasikan dalam kolam dan danau anda. Zat "lake dye" merupakan penghalang proses fotosintesa. Salah satu produknya adalah dyeblue. Zat ini menutupi pemanasan sinar matahari ke dalam kolam dan pertumbuhan gulma air jadi lambat. Sehingga lake dyes dapat digunakan dalam membantu kolam dengan topeng atau menutupi persoalan. Zat tersebut dibuat dalam bentuk cair dan bubuk. Pilihan terhadap zat ini sangat cocok karena telah disetujui oleh EPA. Sekali lagi anda harus memastikan perhatian anda untuk menggunakan zat ini terutama pada kolam dan danau yang tidak mempunyai pintu keluar. Lake dye dapat menolong anda sebagai zat estetik tambahan karena setelah aplikasi air terlihat berwarna biru. Area air di kedalaman yang kotor dan tidak menarik dapat disamarkan dengan penggunaan zat ini.

c. Kontrol Biologi
Metode penting ketiga dalam pengelolaan kolam dan danau adalah kontrol biologi. Metode paling populer dan banyak digunakan yaitu dengan mengenalkan ikan pemakan gulma atau rumput air. Ikan-ikan ini dapat secara efektif dalam mengontrol pertumbuhan gulma air yang hebat. Teknik ini merupakan cara yang murah dengan jangka waktu yang lama dan akibatnya tidak dibutuhkan tenaga kerja untuk menghilangkan persoalan kolam.

Ikan-ikan ini termasuk pemakan yang tidak pilih-pilih, tumbuh sampai seberat 20 kilogram. Bagaimanapun juga, mereka hanya memakan tanaman air yang ada serta memakan alga jika tanaman air tidak ditemukan. Penggunaan jenis yang tidak merupakan spesies asli berakibat penghancuran ikan spesies asli serta merusak rantai makanan yang telah ada. Dengan hilangnya semua pertumbuhan tanaman air dalam kolam mengakibatkan sumber oksigen hilang dan akhirnya menghasilkan bau serta beberapa masalah kualitas air terbentuk.

Metode kontrol biologi kedua adalah mengenalkan lahan basah/area berair (wetland) di area dimana air dan aliran permukaan (run-off) menuju kedalam kolam. Area lahan basah ini dapat membantu dengan dua fungsi. Pertama, untuk memperlambat pergerakan air ke dalam kolam, mengurangi erosi dan masalah aliran air. Kedua, pertumbuhan tanaman intensif di area lahan basah digunakan sebagai pengendap hara bagi air kaya hara yang mengalir menuju kolam. Tanaman-tanaman pada lahan basah secara nyata menyerap hara sebelum mereka masuk ke dalam kolam. Hal ini akan menyebabkan kualitas air sangat tinggi dan tingkat hara organik yang rendah.

Metode ketiga dalam kontrol biologi ini adalah penggunaan vaskular, akar tanaman sebagai penghalang. Teknik ini diawali sekitar lima tahun yang lalu oleh Dr. Blackburn, dimana orang menyebutnya "aquascaping". Dr Blackburn menyebut teknik ini sebagai "lini pertama pertahanan". Dengan penanaman beberapa tanaman pada zona littoral, mereka akan menyerap hara sebelum masuk ke dalam kolam. Hal ini akan menolong merendahkan kandungan hara, pertumbuhan gulma air, serta bakteri negatif.

Benthic mat merupakan gulma sederhana atau lembaran polyethylene yang dapat dipasang sebagai pembatas di dasar kolam. Bahan-bahan ini secara nyata telah efektif menghentikan tumbuhnya akar tanaman di dalam zona benthic atau dasar kolam.

Bentuk yang sangat efektif yaitu dengan pembatasan masuknya hara kedalam kolam dengan cara membuat pembatas atau aplikasi zona bebas pemupukan di sekeliling kolam. Pembatas ini merupakan bentukan topologikal sederhana dimana menghalangi terjadinya aliran permukaan dari sekeliling kolam yang mengalir langsung ke dalam air. Perangkap hara di area tanah digunakan sebagai pencuci air ke dalam kolam. Dan masalah sederhana untuk membuat zona di sekeliling kolam anda dimana pemupukan minimalis digunakan.

Bentuk akhir dari kontrol biologi adalah mengenalkan cara penambahan bakteri tambahan ke dalam kolam. Beberapa perusahaan swasta telah memproduksi bakteri. Mereka diaplikasikan dengan bentuk cair maupun bubuk. Bakteri aerob mengkonsumsi oksigen dan membantu mempercepat penghancuran hara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan aerasi dan bakteri secara bersama-sama, 2 sampai 6 inch pengendapan dasar kolam dapat dikurangi per tahunnya.

Hal ini merupakan catatan menarik terhadap semua metode diatas yang dapat mengatasi semua permasalahan. Keputusan terhadap gejala telah berlawanan dengann penyebab sebenarnya dari rendahnya kualitas air. Semakin awal kita dapat mengidentifikasi tiga faktor rendahnya kualitas air yaitu suhu, hara dan oksigen, semakin cepat menemukan akar permasalahan pengelolaan kolam dan danau. Tidak ada metode yang paling tepat untuk mengatasi secara total ketiga faktor tersebut (Blackburn dalam Barebo, 1994).

d. Aerasi Sebagai Solusi
Definisi aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air. Bagian penting kedua tentang aerasi yang berhubungan dengan industri kita adalah aerasi merupakan sirkulasi dan penghancuran stratifikasi panas air dalam kolam. Aerasi dalam disiplin ilmu yang ditemukan di Inggris selama revolusi industri. Mahabesar Archimedes mengemukakan bentuk air kedalam udara, dengan kata lain menangkap oksigen atmosfer dan memindahkannya kedalam kolom air.

Aerasi masih digunakan sampai hari ini sebagai bagian penting pendekatan dalam menangani sampah industri maupun rumah tangga. Secara nyata, aerasi merupakan perlakuan penting terhadap air sehingga dapat digunakan sebagai irigasi rumput. Sebagai awal, anda coba dalam percobaan mini terhadap tanaman di lapangan golf.

Bagaimana cara aerator dapat meningkatkan kualitas air dan mengontrol pertumbuhan gulma?, dihubungkan dengan pengaruh tiga faktor utama kolam yaitu oksigen, hara dan suhu. Dengan meletakkan oksigen kedalam air, aerator mendorong koloni yang kuat terhadap bakteri aerob yang mana dapat turun ke dasar kolam sehingga dapat membersihkan hara organik dan sampah yang terbentuk. Tingkat oksigen yang tinggi menghalangi pencernaan oleh bakteri anaerob, yang dapat mengakibatkan siklus hara dan bau busuk. Terjadinya proses penghancuran oksigen di dasar kolam dapat mengakibatkan terhalangnya keluarnya phosfor (P) dari endapan, sehingga membatasi sumber penyediaan hara.

Tingkat pemompaan dan tingkat sirkulasi yang tinggi suatu aerator dapat mematahkan stratifikasi panas, mencampur air dingin di dasar kolam dengan air hangat di permukaan air, dapat menyebarkan oksigen ke semua bagian kolam. Dengan mendorong air dingin di dasar ke atas bagian kolam maka lapisan air di permukaan menjadi dingin sehingga pertumbuhan alga lambat. Alga bersel satu tercampur di dasar kolam dimana meningkatkan waktu pertumbuhan di area gelap dapat mengurangi pertumbuhan dan reproduksinya.

Berdasarkan hal diatas anda dapat melihat, aerasi efektif berpengaruh terhadap tiga faktor utama; suhu, hara dan oksigen. Sebagai tambahan, ketiga faktor itu membantu reaksi kimia yang menguntungkan akibat aerasi dalam air. Aerasi menambah oksigen ke dalam air yang membantu proses oksidasi. Oksidasi dapat membantu air melepaskan diri dari pengaruh kandungan besi (Fe) dan melarutkan phosfor (P). Persoalan yang timbul yang berhubungan dengan pertumbuhan rumput adalah kondisi besi yang tinggi, besi dalam air irigasi dapat menyebabkan noda di jalan dan gedung.

Federasi pengontrol polusi air memberitahukan kepada kita bahwa kandungan besi yang dapat menyebabkan noda sekitar berjumlah 0.3 ppm atau mg/l. Pada sistem aerasi, konsentrasi dapat diturunkan sampai konsentrasinya pada 0.1 ppm atau mg/l. Bukti ilmiah menunjukkan aerasi dapat menolong memperlunak atau merendahkan pH air yang tinggi. Bagian ini yang menyebabkan bercampurnya karbondioksida yang banyak di dasar kolam dibanding dikeseluruhan kolom air.

Pada akhirnya penelitian yang menunjukkan phosfor sebagai unsur terbesar penyumbang hebatnya pertumbuhan tanaman air. Dengan aerasi air, kita dapat mengoksidasi phosfor. Ini merupakan reaksi kimia yang menyebabkan sedikitnya partikel phosfor pada padatan (koagulat) dan saat mereka menjadi terlarut air maka tidak dapat di cerna oleh tanaman air.

Keuntungan Aerasi
Aerasi dapat menolong mempertahankan tiga faktor ekologi kolam yaitu suhu, hara dan oksigen dalam keseimbangan. Dengan meningkatnya kualitas air maka menjadi kecil pertumbuhan gulma air dan ledakan alga, sedikit terbentuk lumpur di dasar kolam, bau hilang dan perkembangan serangga terhambat. Hal ini merupakan dampak positif dari efisiensi sistem irigasi dan pemompaan, lingkungan dan estetika. Aerasi dapat secara langsung menyerang akar permasalahan yaitu rendahnya kualitas air. Hal ini merupakan metode pengelolaan kolam paling ekonomis dan menjanjikan. Tidak terdapat efek samping dan dapat membantu ekosistem alami. Dengan mencatat setiap penyebab miskinnya kualitas air maka dapat dilakukan tindakan pencegahan dan proaktif di alam. Tindakan pencegahan merupakan pengelolaan kolam yang paling baik. Tidak ada tindakan yang selalu benar di lapangan dalam pengelolaan kualitas air.

(dikutip dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: